Indonesia semestinya buka mata terhadap fenomena ini. Fenomena kematian massal yang hampir-hampir saja diterima sebagai hal yang biasa, aneh luar biasa. Mengapa tidak?
Setiap bencana gempa itu berulang, ternyata selalu menelan korban yang begitu banyak. Tapi, rupanya bangsa ini belum melihat hubungan antara kematian massal ini dengan sistem pertahanan, keamanan dan keselamatan nyawa manusia secara lebih serius.Â
Konsep umumnya adalah bangsa ini memikirkan antisipasi kalau suatu saat terjadi perang, bagaimana kita mempertahankan negeri tercinta ini? Orientasi masa depan itu memang bagus, namun jangan sampai melupakan situasi aktual yang terjadi sekarang.Â
Bukankan sistem pertahanan dan keamanan bangsa ini berorientasi kepada perlindungan terhadap keselamatan warganya?Â
Kemajuan ekonomi bangsa ini pada satu sisinya membangkitkan apresiasi dunia, namun pada sisi lainnya kita melupakan pembahasan yang serius tentang kematian massal yang terjadi setiap tahunnya, meski ada ucapan belasungkawa dari berbagai negara datang berulang-ulang.Â
Bukankah kematian seorang saja bisa menyisakan persoalan panjang, karena betapa pentingnya martabat manusia? Bandingkan kasus Sambo dan Brigjen Josua. Adakah politisi negeri ini yang menyoroti tentang fenomena kematian massal di Indonesia?
Mengejar popularitas dan kepentingan sepertinya tidak bisa lagi dikendalikan, sehingga mata menjadi buta untuk melihat lilitan duka, tangisan dan air mata di mana-mana.Â
Tidak sedikit pemimpin-pemimpin yang sehari-hari hanya pergi dan mengumpulkan massa supaya namanya disebut sebagai figur idola di negeri ini.
Orang sukses yang tidak pernah datang berkanjang dengan mereka yang berduka, itu bukan pemimpin masa depan.
Gempa semestinya menjadi pusat perhatian dan proyek masa depan bangsa ini dalam mencari solusinya. Kemajuan ekonomi bangsa ini semestinya berjalan seimbang dengan menurunnya angka kematian.Â
Masuk akal jika Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, (Pj) sejak awal sudah fokus pada pembersihan dan penanganan sungai Ciliwung hingga jadi aset wisata di tengah kota, yang terlupakan dibuat menjadi serupa dengan Eropa.