Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ini 5 Kredo Wajah Kinyis-kinyis Orang Belanda yang Tinggal di Jerman

23 November 2022   03:43 Diperbarui: 28 November 2022   13:17 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah studi menunjukkan bahwa olahraga rutin bisa memperlambat proses penuaan. yang pada akhirnya menjaga diri kita tetap tampak awet muda.(PEXELS/ANDRES AYRTON) 

Doa bukan saja mampu mengubah bagian dalam dari hati, tetapi juga bisa mengubah wajah dan fisik menjadi lebih kinyis-kinyis | Ino Sigaze. 

"Wajah kinyis-kinyis di usia 50 tahun," Tema yang sangat menarik bukan? Sorotan tema Kompasiana ini membuka wawasan manusia umumnya tentang hidup sehat, wajah segar kinyis-kinyis, otot kuat dan kerja cerdas.

Adalah sangat menarik jika di Indonesia, orang mulai berpikir tentang wajah kinyis-kinyis sampai usia tua. Hal ini karena ada hubungan langsung antara wajah kinyis-kinyis dan budaya kehidupan manusia di suatu tempat atau di suatu negara.

Kok bisa sih wajah kinyis-kinyis ada hubungannya dengan budaya hidup manusia?

Ya, ada dong. Saya pernah hidup bersama dua orang Belanda dan beberapa orang Jerman. Tapi kali ini saya ingin bercerita dan menyoroti hanya tentang orang Belanda yang tinggal di Jerman. Alasannya sederhana, karena dua orang Belanda yang saya kenal itu sampai usia 70 lebih pun, keduanya tampak kinyis-kinyis.

Entahlah karena berkulit putih dan rambut mereka itu blonde sehingga susah lihat ketuaan mereka. Rasanya sih gak juga. Ya, saya maksudkan adalah di usia 70 mereka masih begitu energik, segar dan tidak menyangka bahwa mereka sudah cukup tua dan melampaui setengah abad.

Nah, kalau di usia 70 tahun saja sudah kinyis-kinyis, apalagi di usia 50 tahun mungkin masih kayak "kunyit-kunyit" kali yah. Ceria dan bersemangat tentunya yang saya maksudkan.

Dulu saya pernah menulis dengan judul, Mengapa Orang Eropa Bisa Hidup Sampai Usia Tua? Tapi terasa lebih menarik kali ini, bukan soal usia, tapi soal wajah kinyis meski usia sudah setengah abad.

Kenapa bisa gitu? Benarkah ada hubungan erat antara wajah kinyis-kinyis dan budaya hidup seseorang?

Tema wajah kinyis ini seperti menyeret saya kembali ke tema tentang "jalan kaki." Ya, jika saya menjawab pertanyaan tentang hubungan antara wajah kinyis dan budaya hidup orang Belanda dan orang Jerman umumnya, maka sudah pasti ada cerita tentang kebiasaan mereka yang satu ini, jalan kaki.

Nih, saya punya beberapa jawaban, rahasia wajah kinyis-kinyis dari orang Belanda yang tinggal di Jerman:

1. Disiplin mengikuti ritme pribadi mereka sendiri setiap hari

Kedisiplinan bagi mereka adalah kata kunci. Mereka sudah punya program yang berakar kuat dalam hati dan seluruh jiwa. Kedisiplinan itu mulai dari jam bangun tidur sampai dengan jam pergi tidur.

Semuanya sudah seperti ada dalam rotasi otomatis, berjalan begitu tanpa banyak bertanya lagi, mengapa hari ini saya lakukan seperti ini?

Disiplin yang saya maksudkan adalah bahwa mereka taat pada komitmen diri dan komitmen bersama untuk melakukan segala sesuatu tepat pada waktunya, dan juga terbuka pada perubahan-perubahan lainnya yang mungkin saja mendadak berubah.

2. Jalan kaki setelah makan siang

Dua orang Belanda yang tinggal bersama saya adalah orang yang sangat disiplin dalam hal jalan kaki. 

Setiap setelah jam makan siang, pada jam 13.00 mereka pasti membuka pintu utama dan pergi ke arah sungai Rhein untuk jalan kaki.

Oleh karena rutinitas itu sampai-sampai ada ungkapan yang menjadi guyonan kami, karena teman orang Belanda itu selalu mengatakan hal yang sama setelah makan siang, "Ich mache eine kurze Runde" atau saya melakukan satu putaran pendek jalan kaki.

Kalimat itu begitu sederhana, namun tampaknya telah menjadi credo hidupnya. Ya, ia melakukan apa yang diyakininya sebagai hal baik untuk dirinya dengan setia setiap hari.

Jalan kaki itu memang sehat. Saya jadi ingat kembali observasi sederhana saya tahun 2019. Saya membeli jam otomatis yang bisa menghitung langkah kaki setiap hari. Ternyata tinggal di rumah saja, sudah bisa menghasilkan jalan kaki sebanyak 2000 langkah.

Hal ini karena rumah kami yang cukup besar, jadi orang harus berjalan dari kamar tidur ke kamar makan, ke dapur, ke tempat doa, ke ruangan telpon, ke ruang TV, Perpustakaan dan lain sebagainya.

Nah, kalau ditambah lagi dengan putaran singkat kurang lebih 4000 langkah, maka sehari saja sudah bisa menghasilkan 6000 langkah.

Benar lho, ketika sehari sekurang-kurangnya berjalan kaki 6000 langkah, wajah terlihat lebih segar, kinyis-kinyis. 

Nah, rutinitas itulah yang saya amati dilakukan setiap hari oleh kedua orang Belanda di tempat saya tinggal.

Apa sih beratnya buat kita, kalau setiap hari berjalan kaki 6000 langkah? Kayaknya gak, cuma mungkin kita kurang punya niat dan komitmen, ya perlu dibuktikan sendiri.

3. Makan dan minum yang teratur

Konteks tulisan ini adalah konteks eropa, jadi soal makan minum, mereka punya cerita sendiri. Ya, saya sudah melihat sendiri bagaimana keteraturan makan minum mereka setiap hari. 

Dari situ saya tahu juga tentang prinsip hidup mereka. Apa yang mereka makan dan minum. Umumnya pada waktu pagi dan malam, mereka makan roti beberapa potong dengan keju dan mentega pada pagi hari lalu minum kopi dan susu.

Siang hari mereka makan makanan panas umumnya sama seperti kami yang lainnya. Makanannya biasa saja, kadang nasi, sayur dan daging, kadang kentang, wortel, dan sup; ya beragam.

Selanjutnya pada waktu malam mereka makan roti dengan daging (Schinken) yang sudah diiris tipis-tipis. Minumannya teh panas. 

Lalu dalam waktu seminggu mereka minum anggur (wein) merah 2 gelas selama 2 kali; dan kadang-kadang anggur putih dan bir tidak lebih dari setengah liter untuk menghangatkan badan mereka.

Nah, rutinitas dan kedisiplinan mereka itu tampak begitu kuat berakar dalam diri mereka. Coba bayangkan saja, suatu waktu saya membawa nasi kuning dari pesta ulang tahun teman orang Indonesia di Frankfurt. 

Kedua teman orang Belanda itu hanya mengambil nasi sedikit sekali, seakan-akan hanya untuk sebuah respek. 

Dalam hati saya senang juga sih. Tapi lain lagi, kalau dengan orang Jerman, pasti akan sangat senang menikmati  nasi kuning, kaya kita-kita juga.

Saya mau mengatakan bahwa mereka punya prinsip yang tidak tergoyahkan oleh kenikmatan lain yang subjektif.

4. Doa harian yang teratur

Sebenarnya wajah kinyis-kinyis itu bukan cuma soal kedisiplinan pada umumnya, bukan juga hanya soal makan minum teratur, jalan kaki yang rutin, tetapi juga sangat penting terkait dengan doa yang teratur.

Saya coba merekap jam doa harian kami  kurang lebih seperti ini, pagi jam 08.00 ada doa pagi bersama, pada siang hari jam 12.00 siang ada doa bersama lagi, selanjutnya pada pukul 18.00 ada misa bersama dengan orang lainnya, lalu pukul 18.45 ada ibadat Vesper dan ibadat penutup atau Completorium pada pukul 19.00.

Ini kategori doa bersama, tentu saja masing-masing orang punya doa pribadi lagi seperti meditasi pribadi yang cukup rutin dilakukan oleh kedua teman dari Belanda itu dan ada kegiatan lectio divina. Pokoknya macam-macam lah.

Saya sih percaya banget bahwa doa rutin dan meditasi itu memberikan energi kinyis-kinyis pada wajah siapa saja. 

Nah, mau punya wajah kinyis-kinyis juga? Buatlah jadwal doa dan meditasi dalam rumah tangga atau untuk pribadi Anda sendiri sesuai kepercayaan masing-masing.

Doa bukan saja mampu mengubah bagian dalam dari hati, tetapi juga bisa mengubah wajah dan fisik menjadi lebih kinyis-kinyis. 

Kok saya sih suka banget dengan kata kinyis-kinyis? Jujur deh, saat saya membaca kata "kinyis-kinyis," saya rasa enak banget dan suka pokoknya. Ya, karena saya juga ingin punya wajah kinyis-kinyis.

5. Sibuk melakukan sesuatu dan terlihat tidak pernah menganggur

Kedua orang Belanda itu bagi saya adalah teladan. Coba bayangkan bangun pagi gak tahu jam berapa, tapi sudah pasti dia sibuk memasak kopi untuk kami semua. Ia terlihat jam 05.30 sudah di ruangan baca, untuk membaca koran hari itu.

Selanjutnya dia melayani orang yang datang berbicara tentang segala macam hal (Gespräch). Setelah itu ada lagi kesibukannya di perpustakaan. Duh.... pokoknya saya belum melihat mereka seperti orang nganggur yang hanya duduk sambil menopang dagu.

Tanpa mereka mengatakan bahwa kesibukan itu baik adanya, saya sih percaya bahwa kesibukan melakukan sesuatu yang berguna itu adalah bagian dari credo wajah kinyis-kinyis ala orang Belanda.

Dari situlah saya belajar punya wajah kinyis-kinyis cuma bedanya, saya percaya kalau bisa menulis setiap hari itu pasti isi otak, hati dan wajah akan menjadi lebih kinyis-kinyis. Mengapa tidak?

Ya, dunia dan kenyataan hidup setiap hari tidak pernah dibiarkan lewat tanpa sisa. Sekurang-kurangnya ada kata yang tersimpan, ada pesan yang dibaca, dan makna yang tercurah. 

Hidup ini pasti akan ikut  kinyis-kinyis deh, kalau orang tidak pernah berhenti berbagi inspirasi dan cerita kehidupan yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Salam berbagi, ino, 23.11.2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun