Nah, dari situ sebenarnya merokok itu ada hubungannya dengan alasan ketiga berikut ini.
3. Kelogisan cara berpikir masyarakat
Merokok sampai menjadi perokok itu sebenarnya ada hubungannya dengan cara berpikir. Sebuah cara berpikir yang sebetulnya sangat disayangkan, tetapi juga perokok itu sendiri punya alasan-alasan sendiri.
Beberapa alasan yang umumnya terdengar di masyarakat seperti ini:
1. Merokok itu bisa menjadi pilihan yang mendatangkan teman. Kebanyakan orang berpikir bahwa seorang yang tidak merokok pasti tidak punya teman. Dan teman dalam alam berpikir mereka hanya bisa terjalin kalau ada rokok. Tidak heran kalau ada rokok, orang bisa duduk berdua berjam-jam.
2. Rokok itu sebagai simbol dari kedewasaan. Saya tidak tahu di daerah lain, kalau di tempat saya, apakah orang merokok atau tidak menjadi teman dan menemani tamu yang datang dengan ikut merokok, itu merupakan bagian dari keramahtamahan.
Aneh bukan? Ya, tentu saja sangat aneh, tapi itulah logika dan cara berpikir di masyarakat yang memang sangat sulit diubah. Bagi mereka keramahtamahan itu jauh penting nilainya daripada memperhitungkan berapa harga sebatang rokok.
3. Rokok sebagai tanda penerimaan. Di kampung saya, kalau kita tidak menerima rokok yang dilayani seseorang apalagi dalam konteks forum adat, maka akan dimengerti sama dengan menolak orang yang melayani. Tapi saya bersyukur bahwa konsep seperti itu sudah mulai sedikit berubah kalau dibandingkan dengan tahun 1980-an.
Pelayan rokok akan tersinggung, jika rokok yang dilayani tidak diambil. Bahkan ada semacam konsep berpikir, entah Anda merokok atau tidak, setiap dilayani rokok, Anda harus mengambilnya.
Lagi-lagi aneh, tapi itulah kebiasaan di masyarakat kita, yang saya percaya tidak mudah dilepas hanya oleh kebijakan kenaikan cukai rokok saat ini.
Nah, oleh karena muncul pertanya cara apa sehingga bisa mengubah kebiasaan merokok anak-anak muda atau siapa saja: