Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengapa 4 Negara Ini Belum Cerdas Berlalu Lintas?

3 November 2022   21:51 Diperbarui: 4 November 2022   13:16 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak hanya di Perancis, tetapi juga di Palestina. Pada suatu sore bulan Desember 2019, kami berjalan kaki untuk berbelanja di pertokoan di Palestina. Ada lalu lintas kendaraan yang begitu tidak teratur di sana. Bukan cuma itu, pejalan kaki saja brutal menabrak perempuan secara kasar dan tidak sopan tanpa ada rasa bersalah.

Kendaraan bisa berbalik arah kapan dan di mana saja. Terasa sekali tidak beda jauhnya dengan di Flores dan beberapa kota lainnya. 

Ya, itulah kenyataan yang bisa saja terjadi karena edukasi tidak jelas dilakukan sejak dini dan bisa saja karena kompromi yang tinggi dengan situasi dan pihak keamanan.

Lebih mengherankan saja lagi ketika pada 13 Mei 2022 lalu, tiba di kota Roma dengan kendaraan. Tidak terbayangkan bahwa kota Roma itu punya lalu lintas yang seperti itu, rancau dan ribut. 

Rupanya prinsip moncong itu bukan cuma di Indonesia, tetapi di Roma juga ada. Siapa saja bisa putar balik arah mobilnya di mana saja dan kapan saja. Hal yang terpenting di kota Roma adalah klakson. Oleh karena itu, tidak heran, betapa ributnya saat sore hari di sana.

Sebagai akibatnya, pemandangan kota juga menjadi tidak menarik. Rasa nyaman pengendara dan pejalan kaki selalu di ujung tanduk. Mungkin berlebihan, tapi itulah kenyataan yang saya rasakan dan bisa saya lukiskan ketika berada di sana.

Sejenak saya bertanya pada beberapa orang Indonesia yang berada di Roma, mengapa pengemudi di sana seperti tidak peduli dengan kendaraan lain dan lampu lalu lintas? 

Jawaban mereka sangat sederhana, kenyataan itu terjadi karena begitu banyaknya orang asing di sana. Benarkah orang asing itu tidak peduli aturan lalu lintas?

Pertanyaan dan jawaban di atas harus dikaji lebih jauh lagi. Asumsi saya adalah bukan soal orang asing atau orang pribumi, tetapi soal mentalitas dan kedisiplinan pribadi. Bisa juga seh tentunya berkaitan dengan disposisi batin seseorang.

Mentalitas kompromi itu saya perhatikan melalui kenyataan bahwa ketika yang lain melakukan keanehan dalam berlalu lintas, yang lainnya malah tertawa dan tidak merasa terganggu apa-apa. Ya, sebuah kompromi sosial yang berdampak bisa merusak tatanan umum lainnya.

Beberapa catatan pengalaman dan perjalanan di atas hanya mau menegaskan bahwa cerdas berlalu lintas itu tidak selalu otomatis lahir dari diri sendiri, tetapi merupakan proses formasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun