Ya, aku adalah der Sammler. Pengumpul ide di sudut kota. Setiap langkah dan sorotan mataku menjumpai pengumpul-pengumpul di bumi yang tidak pernah tahu mengapa ia terus mengumpulkan semua itu.
Ia mengumpul tanpa ikhlas membuang dan meninggalkan untuk orang lain. Ia mengumpul dan menampung, hingga buntu karena tidak pernah menulis dan membongkar untuk dibaca orang lain.
Waktu untuk mengumpul menumpuk, hingga penuh sesak dan berbusuk. Manusia ini terus mengumpulkan segala sesuatu, bahkan sampai tidak tega melepaskan yang telah ia kumpulkan bertahun-tahun.
Gudang dan ruangan kamar tidur jadi penuh dengan barang-barang yang dikumpulkan dari waktu ke waktu. Der Sammler akan jadi cerita tentang manusia sebagai makhluk pengumpul.
Saya Masih ingat tentang seorang teman yang sedang menderita kanker Pankreas saat itu. Ia tahu bahwa hidupnya tinggal beberapa bulan, tetapi ia masih berjuang mengumpulkan pakaian, buku dan barang-barangnya.
Itu benar-benar saat ide memberontak dalam pikiran saya tentang der Sammler, pengumpul yang tidak tahu mengapa ia harus mengumpulkan yang fana itu.
Waktu bagi pengumpul
Saya jadi malu dan risau karena terkadang saya lupa betapa berartinya waktu ini. Waktu yang penting sebagai pengumpul ide dan tulisan. Der Sammler akan mengubah gambar di sudut kota menjadi cerita.
Der Sammler akan mengubah pikiran jadi kata-kata. Der Sammler akan mengubah tema jadi opini dan gagasan. Der Sammler akan bercerita tentang pengumpul yang gagal mengumpulkan harta, tetapi sukses menyimpan tulisan.
Novel masa depan tentang der Sammler dimulai dari cerita tentang sepatu tua dengan latar merah di belakangnya. Der Sammler pada keheningan kota yang coba membuka mata untuk melihat tentang si pembuang dan si pengumpul.
Aku hanya seorang Sammler yang belajar mengumpulkan karya-karya kecil dari ruang aktivitas di dunia, kemudian dibagikan kepada siapa saja dan di mana saja.