Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menerbitkan Buku Sendiri dan 4 Proses Mengolah Hati

7 Juli 2022   20:11 Diperbarui: 9 Juli 2022   02:08 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis| StockRocket via hai.grid.id

Pertanyaan- pertanyaan itu tentu saja menjadi alasan untuk tidak hanya sekedar menghasilkan buku, tetapi buku yang punya pesan dan makna untuk orang lain.

2. Suatu proses belajar mengenal diri

Menulis buku dari gagasan sehari-hari, dari perjumpaan biasa di mana saja dan kapan saja merupakan suatu proses belajar. Ya, proses belajar menyimpan dan mengarsip pengalaman dan gagasan yang muncul dalam hidup ini.

Tidak bisa dibayangkan bahwa setelah setahun berlalu dan membaca kembali buku karya sendiri, terasa heran sendiri, bagaimana pada masa itu, saya punya pikiran seperti itu.

Keterkejutan terhadap gagasan sendiri akan ada di sana. Tentu berbeda dengan orang yang tidak pernah menulis, maka ide-ide bagus sekalipun, tidak bisa dibaca kembali pada masa yang akan datang.

Ide hanya akan muncul dan pergi tanpa jejak dan kenangan. Nah, pada sisi itulah saya menemukan latar belakang mengapa saya termotivasi menulis buku di Jerman.

Saya tergerak untuk menulis buku karena betapa banyaknya pengalaman menarik di Jerman saat itu. Saat berada di lumbung konteks dan pengalaman Eropa dan di tengah masyarakat diaspora Indonesia.

3. Proses pembatinan

Proses ketiga tentang pembatinan itu bagi saya merupakan proses penting dan berat. Menulis dan mencoba hidup seperti apa yang tertulis itu ternyata sangatlah berat.

Masuk ke dalam kenyataan hidup, membawa apa yang tertulis sama dengan membawa gagasan-gagasan itu sehingga menjadi nyata ke dalam diri penulis sendiri.

Oleh karena itu, menulis buku dan menerbitkannya tidak pernah bahwa di sana ada kerugiannya. Justru sebaliknya, di sana ada banyak keuntungannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun