Pertanyaan- pertanyaan itu tentu saja menjadi alasan untuk tidak hanya sekedar menghasilkan buku, tetapi buku yang punya pesan dan makna untuk orang lain.
2. Suatu proses belajar mengenal diri
Menulis buku dari gagasan sehari-hari, dari perjumpaan biasa di mana saja dan kapan saja merupakan suatu proses belajar. Ya, proses belajar menyimpan dan mengarsip pengalaman dan gagasan yang muncul dalam hidup ini.
Tidak bisa dibayangkan bahwa setelah setahun berlalu dan membaca kembali buku karya sendiri, terasa heran sendiri, bagaimana pada masa itu, saya punya pikiran seperti itu.
Keterkejutan terhadap gagasan sendiri akan ada di sana. Tentu berbeda dengan orang yang tidak pernah menulis, maka ide-ide bagus sekalipun, tidak bisa dibaca kembali pada masa yang akan datang.
Ide hanya akan muncul dan pergi tanpa jejak dan kenangan. Nah, pada sisi itulah saya menemukan latar belakang mengapa saya termotivasi menulis buku di Jerman.
Saya tergerak untuk menulis buku karena betapa banyaknya pengalaman menarik di Jerman saat itu. Saat berada di lumbung konteks dan pengalaman Eropa dan di tengah masyarakat diaspora Indonesia.
3. Proses pembatinan
Proses ketiga tentang pembatinan itu bagi saya merupakan proses penting dan berat. Menulis dan mencoba hidup seperti apa yang tertulis itu ternyata sangatlah berat.
Masuk ke dalam kenyataan hidup, membawa apa yang tertulis sama dengan membawa gagasan-gagasan itu sehingga menjadi nyata ke dalam diri penulis sendiri.
Oleh karena itu, menulis buku dan menerbitkannya tidak pernah bahwa di sana ada kerugiannya. Justru sebaliknya, di sana ada banyak keuntungannya.Â