Akan tetapi, setelah orangtua itu meninggal, tidak ada lagi anak-anak yang mau meneruskannya. Dampaknya lainnya bahwa istilah dan tata cara tradisi bertani itu perlahan-lahan dilupakan.
2. Perubahan wawasan berpikir di kalangan para petani
Perubahan wawasan itu mungkin yang paling mempengaruhi tradisi bertani masyarakat di Flores pada umumnya.Â
Bisa saja semakin masyarakat itu punya wawasan tentang cara bertani, maka akan semakin jauh dari tradisi bertani yang kental dengan ritual adat dan kearifan lokalnya.
Tentu situasi itu sangat disayangkan, mestinya semakin berkembang wawasan masyarakat, maka kesetiaan mereka pada tradisi harus bisa tetap dipertahankan.
Nah, dalam konteks ini, sebetulnya perubahan wawasan berpikir masyarakat itu adalah juga sebuah tantangan yang ada di tengah masyarakat saat ini. Mampukah menjadi setia dengan tradisi bertani yang kuat dipengaruhi oleh ritual ada dan kearifan lokalnya?
Tradisi bertani yang asli pasti sama sekali tidak menggunakan mesin, tutur dan nalari dalam konteks kearifan sama sekali tidak ada ucapan terkait kata mesin di sana. Oleh karena, tradisi bertani yang tradisional sebenarnya dalam arti tertentu anti teknologi.
Pertanyaannya, masih mungkinkah dipertahankan sampai saat ini? Seberapa efektif tradisi bertani tanpa teknologi? Tentu saja sangat menarik untuk dicermati tegangan itu, bahwa perubahan wawasan itu sangat penting, tetapi juga kesetiaan terhadap tradisi mesti bisa dikoreksi.
Nah, risikonya adalah bahwa orisinalitas dari bahasa, tutur adat dalam konteks masyarakat suku akan mengalami proses sekularisasi. Rasanya itu adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari saat ini.
3. Perubahan iklim dan kontur tanah