Logikanya sederhana, jika mereka punya kemampuan cukup untuk bekerja di perusahan berbeda, maka mereka akan memperoleh pemasukan yang lebih besar.
Tren seperti itu, sebenarnya sudah mulai dipersiapkan oleh generasi muda Indonesia saat ini. Kemungkinan yang terbuka misalnya dengan melalui program terbuka belajar di universitas lain dan terbukanya kemungkinan bagi mahasiswa untuk kuliah jarak jauh (Fernstudium).Â
Peluang membangun basis kemampuan yang multitalenta itu menjadi bekal yang menjadikan generasi muda Indonesia bisa nyaman berhadapan dengan perkembangan global dengan fenomena dunia kerja saat ini.Â
Kemampuan diri multitalent yang didukung dengan modal ilmu interdisiplin (Interdisziplinären) bisa saja merupakan potensi untuk bersaing di ruang global dunia kerja.Â
Oleh karena itu, tentu akan sangat efektif jika generasi muda Indonesia saat ini membekali diri dengan beberapa hal ini:Â
- Kemampuan bahasa asing, menguasai beberapa bahasa asing.Â
- Punya kemampuan terkait teknologi digital, Metaverse.Â
- Punya kemampuan di bidang management, keuangan dan bisnis.Â
- Punya modal kesehatan fisik
- Punya kemampuan di bidang mesin dan teknologi.Â
Lima hal itu dijadikan prioritas karena pertimbangan kebutuhan pasar global, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.Â
Saya jadi ingat pengalaman teman saya di tahun 1997. Saya mengenal seorang mahasiswa praktek mengajar di sekolah saya saat itu. Ia berasal dari Papua. Waktu mendengar ceritanya, saya sungguh termotivasi oleh perjuangan hidupnya di satu sisi dan kemauannya untuk menjadi orang sukses.Â
Jam kuliah, ia pergi ke kampus, selanjutnya ia berkumpul bersama orang-orang lain di berbagai grup olahraga, bahkan berkumpul dengan teman-teman yang bekerja apa saja di pinggir jalan.
Ia bisa bekerja sebagai tenaga guru honor pada semester terakhir, lalu bisa bekerja sebagai buruh kasar kerja jalan dengan rombongan Pekerja Umum (PU), lalu ia juga bisa merakit dan memperbaiki komputer, memasang parabola.Â
Ia mengaku selama empat tahun kuliah di Ende, ia tidak punya rumah yang tetap. Rumahnya adalah tempat kerjanya yang setiap hari dan minggu bisa berubah-ubah. Ia bekerja dan mengenal orang, bahkan bisa punya kesempatan untuk menginap di tempat sederhana di rumah orang-orang yang meminta bantuannya.Â
Ia tidak menuntut gaji, tetap selalu ramah dengan semua orang dan oleh karena itu, ia tidak pernah menganggur. Tahun itu, rupanya orang belum mengenal istilah outsourcing, mungkin saja di Jakarta, tapi bukan di Ende tentunya.Â