Rabu, 1 Juni 2022 tersebar berita melalui beberapa media tentang pengiriman jenazah seorang pria asal Flores, berinisial YS. Jenazah YS sudah berada di Kupang yang dikirim langsung dari Malaysia.
Pengiriman itu  dengan menggunakan jasa penerbangan MH 721. Jenazah YS dikirim dari Puchong Selangor Darul Ehsan, lengkap dengan nomor dan alamatnya.
Cuma sangat mengejutkan bahwa YS dikatakan sebagai warga desa  Kerirea, Kabupaten Ende, Kec. Nangapanda, NTT, Kupang-Indonesia. Setelah dicaritahu informasi bersama dengan foto pribadi YS, kami tidak menemukan bahwa YS adalah warga dari Desa Kerirea.
Pada akhirnya diketahui bahwa YS berasal dari Ropa, wilayah desa lain di Kabupaten Ende. Mengapa terjadi seperti itu? Bisa saja terkait dengan penanggung jawab kehidupan YS di Malaysia.
Cerita seperti itu, saya yakin bukan pertama kalinya, tetapi sudah berulang kali, bahkan sudah dibahas berulang kali. Namun, sampai dengan saat ini, pemerintah tidak tahu bagaimana caranya untuk mengatasi kepergian pekerja ilegal ke Malaysia.
Pertanyaan dilematis antara pilihan hidup sendiri dan kebijakan pemerintah
Langkah pencegahan sepertinya selalu saja mental, entahlah kenapa? Â Dari peristiwa itu, muncul beberapa pertanyaan dan gagasan sebagai berikut:
1. Kebetulan sekali hari kedatangan jenazah YS bersamaan dengan kedatangan Presiden di kota Ende, Flores, NTT, maka saya menaruh harapan besar bahwa apakah pemerintah memilih cara dan gebrakan untuk mengatasi pengangguran di Flores, NTT?
Mungkinkah pemerintah punya kebijakan untuk mengembalikan semua tenaga kerja ilegal di Malaysia dengan cara membuka lapangan pekerjaan bagi mereka entah di Flores atau di Kalimantan. Prioritas tenaga kerja buruh adalah tenaga kerja buruh yang saat ini bekerja di Malaysia.
2. Bagaimana cara kerjasama pemerintah Indonesia dan bentuk perlindungan tenaga kerja perantau di Malaysia?