Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Para Perantau dan Narasi Duka yang Perlu Diperhatikan Pemerintah Indonesia

3 Juni 2022   03:36 Diperbarui: 3 Juni 2022   03:40 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Perantau dan narasi duka yang perlu diperhatikan pemerintah | Dokumen diambil dari: acurat.co

Pilihan merantau ke Malaysia, tidak harus menjadi pilihan tetap. Mengubah pilihan untuk mandiri di tanah sendiri akan jauh lebih terjamin, daripada menjadi ilegal di negeri asing.

Berita yang mengejutkan dan menyedihkan tentunya berkaitan dengan kabar duka dari Malaysia. Setiap kali ada berita duka dari Malaysia, jantung selalu berdebar, apalagi akhir-akhir ini hampir saja setiap bulan ada saja jenazah yang dikirim dari Malaysia ke Kupang, NTT.

Bukan rahasia lagi bahwa ribuan perantau asal Flores di Malaysia. Perantau yang adalah juga tenaga kerja buruh di Malaysia itu sudah berlangsung sejak tahun 1980-an. Ada yang sudah puluhan tahun di Malaysia, hingga berkeluarga di sana.

Cita-cita dasar mereka tidak lain adalah untuk mengubah nasib keluarga mereka di Flores. Lebih konkret lagi sebenarnya, dari pilihan hidup sebagai perantau di Malaysia itulah, mereka bisa membiayai pendidikan anak-anak dan keluarga mereka. 

Perantau dan perjuangan untuk kemajuan pendidikan dan ekonomi

Jika wajah pendidikan di NTT umumnya berubah, sudah pasti tidak dapat dipisahkan dari peran para perantau yang tidak berpendidikan di Malaysia itu.

Bahkan jika Malaysia berbangga dengan kemajuan ekonomi mereka, maka sebenarnya tidak terpisahkan dari cerita tentang jasa dan tenaga buruh asal Indonesia.

Narasi tentang perantauan itu mungkin bisa habisnya, karena sampai dengan saat ini masih ada saja warga NTT yang merantau di Malaysia, tanpa dibekali pendidikan yang cukup.

Narasi duka para perantau

Dari sekian narasi yang berkaitan dengan perjuangan perantau untuk mengubah wajah pendidikan dan ekonomi NTT, di sana ada cerita pahit dan dukanya sendiri.

Persoalan tentang perantauan itu memang sangat kompleks. Oleh karena itu pada kesempatan ini, saya mau membahas mengapa perantau yang meninggal di Malaysia tidak punya alamat yang jelas?

Ada beberapa alasan ini:

  1. Kemungkinan sebagian besar pekerja asal Indonesia yang adalah perantau itu adalah pekerja ilegal

  2. Tidak adanya kerjasama yang baik antara pihak pemerintah Indonesia dengan pihak pemerintah Malaysia di Malaysia.

  3. Pilihan ilegal itu oleh karena masih ada banyak pihak yang bekerjasama meloloskan tenaga kerja tanpa surat-surat legal ke Malaysia.

  4. Sebagian perantau memilih menyembunyikan diri karena dianggap murah.

Dampak dari menjadi pekerja ilegal tentu sangat besar:

  1. Tidak ada bentuk perlindungan resmi yang diakui baik oleh pemerintah Indonesia, maupun oleh pihak Malaysia

  2. Kesulitan dalam akses pelayanan kesehatan bagi pekerja

  3. Urusan data-data pribadi mereka tanpa ada registrasi remi

  4. Jaminan kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja mungkin saja tidak menjadi hal yang prioritas

Kisah nyata

Rabu, 1 Juni 2022 tersebar berita melalui beberapa media tentang pengiriman jenazah seorang pria asal Flores, berinisial YS. Jenazah YS sudah berada di Kupang yang dikirim langsung dari Malaysia.

Pengiriman itu  dengan menggunakan jasa penerbangan MH 721. Jenazah YS dikirim dari Puchong Selangor Darul Ehsan, lengkap dengan nomor dan alamatnya.

Peti jenazah YS (1/6/2022) tiba di Kupang | Dokumen dari Grup PWN
Peti jenazah YS (1/6/2022) tiba di Kupang | Dokumen dari Grup PWN

Cuma sangat mengejutkan bahwa YS dikatakan sebagai warga desa  Kerirea, Kabupaten Ende, Kec. Nangapanda, NTT, Kupang-Indonesia. Setelah dicaritahu informasi bersama dengan foto pribadi YS, kami tidak menemukan bahwa YS adalah warga dari Desa Kerirea.

Pada akhirnya diketahui bahwa YS berasal dari Ropa, wilayah desa lain di Kabupaten Ende. Mengapa terjadi seperti itu? Bisa saja terkait dengan penanggung jawab kehidupan YS di Malaysia.

Cerita seperti itu, saya yakin bukan pertama kalinya, tetapi sudah berulang kali, bahkan sudah dibahas berulang kali. Namun, sampai dengan saat ini, pemerintah tidak tahu bagaimana caranya untuk mengatasi kepergian pekerja ilegal ke Malaysia.

Pertanyaan dilematis antara pilihan hidup sendiri dan kebijakan pemerintah

Langkah pencegahan sepertinya selalu saja mental, entahlah kenapa?  Dari peristiwa itu, muncul beberapa pertanyaan dan gagasan sebagai berikut:

1. Kebetulan sekali hari kedatangan jenazah YS bersamaan dengan kedatangan Presiden di kota Ende, Flores, NTT, maka saya menaruh harapan besar bahwa apakah pemerintah memilih cara dan gebrakan untuk mengatasi pengangguran di Flores, NTT?

Mungkinkah pemerintah punya kebijakan untuk mengembalikan semua tenaga kerja ilegal di Malaysia dengan cara membuka lapangan pekerjaan bagi mereka entah di Flores atau di Kalimantan. Prioritas tenaga kerja buruh adalah tenaga kerja buruh yang saat ini bekerja di Malaysia.

2. Bagaimana cara kerjasama pemerintah Indonesia dan bentuk perlindungan tenaga kerja perantau di Malaysia?

Mungkinkah kedutaan Indonesia yang ada di Malaysia membuka kemungkinan urusan surat-surat yang memberikan peluang bagi pekerja ilegal menjadi pekerja legal.

3. Bagaimana terobosan pemerintah Indonesia terkait persoalan perantauan di Malaysia?

Demikian catatan terkait kasus perantau yang meninggal di Malaysia dan dikirim dengan alamat yang tidak jelas. Bagaimanapun juga kompleksnya persoalan perantauan itu sendiri, pemerintah perlu punya kebijakan tegas yang berbasiskan pada rasa peduli pada kemanusiaan dan juga perhatian pada kesejahteraan dan kesehatan perantau.

Salam berbagi, ino, 3.06.2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun