Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ada 3 Model Literasi Buya Syafii yang Perlu Diketahui Masyarakat Indonesia

27 Mei 2022   21:39 Diperbarui: 28 Mei 2022   15:32 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih dari itu, Buya Syafii tidak mau terbawa arus kebohongan itu sendiri, tetapi sebaliknya ia lebih mengutamakan literasi pencerahan dan optimisme sebagai orang yang berilmu dan orang Indonesia yang mencintai kemajemukan ini.

Buya Syafii menorehkan tinta gagasan cintanya pada negeri dengan lambaian ajakan pada anak bangsa, mari mencintai negeri ini dengan tulus, walaupun keadaannya ruwet dan tidak mudah seperti saat ini.

Dari torehan gagasan Buya Syafii semestinya anak bangsa ini belajar mencintai negeri dalam 3 hal ini:

  1. Jadilah sederhana yang mengungkapkan kemandirian dan kedisiplinan diri.
  2. Menjadi profesional bukan saja pada hal-hal besar yang sesuai dengan keilmuan yang dipelajari, tetapi lebih dari itu sampai pada tingkat yang paling bawah di rumah. 
  3. Cintai alam dan kosmos kita, dari sanalah orang belajar menemukan keadilan dan hidup yang sama sebagai penghuni bumi Indonesia.
  4. Jangan menyerah dalam gelombang persoalan bangsa yang ada, tetapi tetaplah optimis sambil gencar membangun literasi pencerahan kepada seluruh rakyat Indonesia yang majemuk ini. 

Buya Syafii telah menorehkan jejak hidup yang membias kedalam refleksi terhadap dinamika negeri ini agar anak bangsa ini tidak melupakan kesederhanaan untuk melawan budaya konsumerisme, tidak mengabaikan kosmos ditengah kemajuan metaverse, tidak mengabaikan pencerahan di tengah gelombang radikalisme.

Salam berbagi, ino, 28.5.2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun