2. Literasi kosmis "langit ini untuk semua orang termasuk untuk mereka yang tidak percaya pada Tuhan."
Kompas.com (27/05/2022) merilis berita tentang kepergian Buya Syafii Maarif, Muhammadiyah dan Indonesia berduka. Dalam sesi rilisan itu ada kutipan tentang kata-kata Buya Syafii yang bagi saya merupakan ciri dari literasinya yang khas.
Selain literasi kehidupan yang menampilkan aspek kesederhanaan hidup, Buya Syafii ternyata punya literasi kosmis yang unik dan bernuansa kaya nilai sastra.
Tokoh-tokoh ternama dunia selalu punya hubungan khusus dengan dimensi kosmis, bahkan bahasa-bahasa mereka sering mengungkapkan kedekatan mereka dengan alam kosmos.
Nah, Buya Syafii menggunakan literasi kosmis itu untuk mengajak anak bangsa ini. Lihatlah langit tidak punya batas, langit tidak punya dinding pemisah.
"Langit ini untuk semua orang termasuk untuk mereka yang tidak percaya pada Tuhan." Dari ucapan Buya Syafii yang satu itu saya menangkap bagaimana dalamnya pancaran dimensi spiritual dalam literasi kehidupan seorang Buya Syafii.
Dalam kesederhanaannya, Buya Syafii menatap langit dan belajar dari langit. Langit ditatapnya, saat itu ketika riuh rusuh di negeri ini tentang gejolak radikalisme, anti ini dan anti itu.Â
Buya Syafii sudah menemukan rahasia dari gejolak yang seringkali mengancam keutuhan bangsa itu dengan bijak dan hening meninggalkan kata-kata sejuk ini:Â Langit ini untuk semua orang termasuk untuk mereka yang tidak percaya pada Tuhan.
3. Literasi pencerahan dan optimisme untuk menjaga Indonesia
Buya Syafii sebagai tokoh Muhammadiyah dan tokoh Indonesia telah mewariskan satu model literasi pencerahan di tengah maraknya literasi hoaks demi kepentingan tertentu semata.
Cerita kehidupan Buya Syafii pernah menghadapi tantangan hoaks oleh pihak-pihak yang mungkin merasa iri hati dengannya, namun Buya Syafii tidak pernah goyah, oleh karena pegangannya pada prinsip literasi kehidupan yang sederhana.