Indonesia bukan saja jadi penggagas gagasan besar yang mempengaruhi dunia, tetapi juga punya wawasan global yang bisa mengubah ranah berpikir negara-negara mapan dan adi daya.
Rakyat Indonesia tentu tahu bahwa Jokowi baru-baru ini menghadiri KTT ASEAN di USA. Jumat 13 Mei 2022 adalah hari pertama perjumpaan Jokowi bersama Presiden Amerika, Joe Biden. Media-media online di Indonesia umumnya merilis berita tentang kehadiran Jokowi yang mengejutkan.
Sangat populer dari beberapa tema yang diungkapkan pada pertemuan itu adalah bahwa Jokowi menuntut supaya perang di Ukraina dihentikan.
Tema perang tentu masih dalam hubungannya dengan kemanusiaan. Tema-tema sebetulnya belum berlalu dari cerita pandemi yang juga mengorbankan jutaan manusia di seluruh dunia.
Dari beberapa gagasan yang diungkapkan Jokowi pada saat KTT ASEAN itu, sangat menarik dan relevan tentunya tentang enabling Environment.
Bagi saya gagasan tentang enabling Environment merupakan gagasan kunci yang menjadi sorotan dunia saat ini. Sangat penting dalam hal ini, memahami apa itu enabling Environment dan mengapa saat ini menjadi tema penting:
Ada 3 alasan mengapa enabling Environment itu menjadi tema penting dunia saat ini:
1. Dunia saat ini sedang berhadapan dengan isu global warming
Pemanasan global terlihat sangat jelas. Tidak pernah ada cerita bahwa di Indonesia ada hujan es (Hagel). Hagel atau hujan dalam bentuk biji-biji es batu itu umumnya hanya ada di Eropa.
Kenyataan menunjukkan bahwa sudah dua tahun ini terjadi hujan es batu itu di kota Surabaya, Indonesia. Artinya bahwa indikasi perubahan iklim (Klima wandel) dan isu tentang pemanasan global sudah tidak bisa dikalkulasikan lagi terjadi di Eropa atau di Asia.
Penghuni dunia di belahan bumi manapun sudah bisa merasakan fenomena alam yang aneh itu di mana saja. Di Jerman yang sebelumnya sangat jarang mengalami kenaikan suhu sampai dengan 30 derajat celcius, sekarang pun sudah bisa merasakannya.
Pada hari Minggu kemarin di Roma juga punya suhu 29 derajat celcius, suhu panas yang sulit diprediksi lagi dan hampir tidak ada perbedaan lagi antara suhu panas di Asia dan di Eropa.
Karena itu tema tentang mengembangkan lingkungan yang memungkinkan (enabling Environment) atmosfer kehidupan yang sejuk dan ramah lingkungan seharusnya memperoleh perhatian global.
2. Dunia sedang berhadapan dengan krisis perang Rusia-Ukraina yang telah merusakan lingkungan
Perang bagaimanapun juga tidak hanya membunuh manusia, tetapi juga membunuh ekosistem kehidupan lainnya, termasuk merusakan lingkungan.
Peluncuran senjata-senjata berat yang merobohkan bangunan-bangunan bertingkat sudah pasti secara langsung merusakan lingkungan alam. Belum lagi jika efek dari senjata-senjata berat itu bisa menimbulkan kebakaran di kota, kebakaran rumah-rumah dan lain sebagainya.
Krisis perang sudah pasti berbanding terbalik dengan visi enabling Environment yang mengutamakan pengembangan lingkungan hidup.
3. Dunia sedang berhadapan dengan problem sampah plastik
Terasa sekali bahwa sampah plastik merupakan problem global. Perjalanan beberapa hari lalu ke kota Roma menyisakan satu pemandangan tentang kebersihan kota.Â
Beberapa persinggahan memang masih sangat mengagumkan di beberapa wilayah di Eropa, sekurang-kurangnya misalnya di Jerman. Sampah plastik memang tidak terlihat berserakan, namun penggunaan plastik masih ditemukan sangat banyak.
Demikian juga di Austria dan Italia. Bahkan di Italia, terlihat jelas sekali penampung sampah di jalan-jalan terlihat bahannya dari plastik.
Artinya setiap kali sampah dibuang, orang membutuhkan satu plastik. Nah, berapa jumlah plastik, tentunya berbanding lurus dengan jumlah penghuninya.
Dalam arti seperti itu, sebenarnya tidak semua orang menyadari bahaya dari sampah plastik itu, maupun belum menyadari bahaya dari perand dan pemanasan global saat ini.
Maka dari itu, dalam kaitan dengan visi enabling Environment Jokowi perlu diperhatikan 4 hal ini:
- Dunia membutuhkan suatu kerangka hukum dan kebijakan yang mendukung implementasi visi Enabling Environment.
- Penguatan kelembagaan dan organisasi-organisasi lainnya untuk meningkatkan peran, tanggung jawab terhadap lingkungan alam
- Penguatan kemampuan semua aktor agar bisa berperan dengan baik
- Dialog yang berkelanjutan terkait isu-isu lingkungan dan keselamatan bumi
Kerangka hukum yang mendukung enabling Environment bukan saja merupakan komitmen suatu negara saja, tetapi semestinya merupakan komitmen universal. (bdk. europa.eu).
Melalui komitmen universal itu diharapkan munculkan kerja sama yang menciptakan kemampuan untuk mendukung kelestarian lingkungan.Â
Tentu, ketika Jokowi berbicara tentang enabling Environment, di sana ada harapan bahwa Indonesia akan menjadi pelopor dalam gerakan mencintai bumi dan lingkungan alam.
Dalam hal ini tidak bisa dilupakan bahwa pesan ekologis dari visi enabling Environment Jokowi adalah tanggung jawab global dan kesadaran bersama tentang pentingnya merawat lingkingan dan bumi ini.
Di atas segalanya, setiap negara perlu menyadari betapa pentingnya usaha bersama untuk keselamatan lingkungan alam dan khususnya keselamatan bumi.
Salam berbagi, ino, 18.05.2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H