Artinya setiap kali sampah dibuang, orang membutuhkan satu plastik. Nah, berapa jumlah plastik, tentunya berbanding lurus dengan jumlah penghuninya.
Dalam arti seperti itu, sebenarnya tidak semua orang menyadari bahaya dari sampah plastik itu, maupun belum menyadari bahaya dari perand dan pemanasan global saat ini.
Maka dari itu, dalam kaitan dengan visi enabling Environment Jokowi perlu diperhatikan 4 hal ini:
- Dunia membutuhkan suatu kerangka hukum dan kebijakan yang mendukung implementasi visi Enabling Environment.
- Penguatan kelembagaan dan organisasi-organisasi lainnya untuk meningkatkan peran, tanggung jawab terhadap lingkungan alam
- Penguatan kemampuan semua aktor agar bisa berperan dengan baik
- Dialog yang berkelanjutan terkait isu-isu lingkungan dan keselamatan bumi
Kerangka hukum yang mendukung enabling Environment bukan saja merupakan komitmen suatu negara saja, tetapi semestinya merupakan komitmen universal. (bdk. europa.eu).
Melalui komitmen universal itu diharapkan munculkan kerja sama yang menciptakan kemampuan untuk mendukung kelestarian lingkungan.Â
Tentu, ketika Jokowi berbicara tentang enabling Environment, di sana ada harapan bahwa Indonesia akan menjadi pelopor dalam gerakan mencintai bumi dan lingkungan alam.
Dalam hal ini tidak bisa dilupakan bahwa pesan ekologis dari visi enabling Environment Jokowi adalah tanggung jawab global dan kesadaran bersama tentang pentingnya merawat lingkingan dan bumi ini.
Di atas segalanya, setiap negara perlu menyadari betapa pentingnya usaha bersama untuk keselamatan lingkungan alam dan khususnya keselamatan bumi.
Salam berbagi, ino, 18.05.2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H