Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ada 3 Cara Petani Desa Menerjemahkan Gagasan Kemandirian Ekonomi di Tengah Ancaman Krisis Global

10 Mei 2022   00:35 Diperbarui: 10 Mei 2022   08:18 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada 3 cara petani desa menerjemahkan gagasan kemandirian ekonomi | Dokumen pribadi oleh Irna Nembo

Kembali ke alam bukan untuk mengeksploitasinya, tetapi untuk mengubah jadi hijau dan menghasilkan bahan makanan yang menopang ekonomi dan kesejahteraan manusia.

Sejak pecahnya perang Rusia-Ukraina gema krisis ekonomi didengungkan tidak habis-habisnya. Gema krisis itu tidak hanya terdengar di Eropa, tetapi juga sampai di Asia, khususnya di Indonesia.

Presiden Jokowi sendiri pernah mengimbau kepada seluruhnya rakyat Indonesia tentang kemungkinan krisis ekonomi global itu dalam gagasannya tentang kemandirian pangan.

Secara sangat jelas Jokowi berbicara tentang ketidakpastian global yang bisa berdampak ke seluruh pelosok tanah air. Nah, apa yang bisa ditanggapi dari pernyataan dan gagasan Jokowi itu?

Dalam tulisan ini, saya coba memperlihatkan kreativitas petani desa Kerirea, Nangapanda, Ende, Flores, NTT yang dalam keterbatasan informasi mencoba melakukan sesuatu untuk mencapai kemandirian ekonomi rumah tangganya.

Bagaimana cara petani desa merealisasikan gagasan kemandirian ekonomi di tengah isu tentang ancaman krisis ekonomi global saat ini:

1. Pilihan untuk kembali ke alam

Bagi petani desa mungkin saja kembali ke alam itu bukan lagi sebagai pilihan alternatif, karena mau tidak mau kembali ke alam merupakan pilihan mereka satu-satunya.

Petani desa tidak bisa hidup tanpa kembali ke alam. Alam yang dimaksudkan di sini adalah lingkungan hidup mereka yang diwarnai dengan tumbuh-tumbuhan hijau, kelembaban udara, curah hujan, dan air yang cukup.

Kembali ke alam bisa saja diartikan dengan kembali bergumul dengan hutan, karena di sana mereka akan menemukan harapan untuk hidup dan kesejahteraan mereka.

Tidak heran bukan? Soalnya sederhana, di sana tidak ada pabrik dan lapangan pekerjaan lainnya, selain harus bergelut dengan segala sesuatu di hutan.

Kembali ke hutan bisa saja sama dengan kembali ke sentral hidup penuh harapan. Tidak ada satu pun yang benar-benar merana, jika ia punya pilihan untuk kembali ke hutan.

Lingkungan dan alam di sana selalu menjanjikan kehidupan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, narasi tentang hidup dan kesejahteraan ekonomi sebenarnya tidak bisa dipisahkan dari cerita kembali ke alam, kembali ke hutan lingkungan hidup mereka.

Lingkungan alam yang hijau dan tampak segar itu bukan saat menyibak janji penuh harapan, tetapi juga secara langsung membiaskan kedamaian batin dan pikiran dan tentu saja kesehatan tubuh.

Di sana, ia bisa berpartisipasi menanam dan mengubah yang tandus jadi hijau dan berguna. 

Pilihan untuk mengubah ynag tandus jadi hijau dan menghasilkan | Dokumen pribadi oleh Irna Nembo
Pilihan untuk mengubah ynag tandus jadi hijau dan menghasilkan | Dokumen pribadi oleh Irna Nembo

2. Mengolah lahan di hutan dengan kreatif

Cara kreatif mengubah lahan tandus di hutan pada prinsipnya adalah bagian dari pilihan untuk mencapai kemandirian ekonomi mulai dari desa.

Petani desa yang cerdas akan begitu sederhana menerjemahkan gagasan kemandirian ekonomi Jokowi dengan pertama-tama memikirkan beberapa hal ini:

  1. Penyediaan sumber mata air untuk lahan tandus. Sebagai contoh dalam tulisan itu saya mengangkat seorang petani desa yang begitu sederhana mengalirkan air dengan menggunakan bambu, hingga berkembang dengan menggunakan pipa paralon.

  2. Mengubah tanah miring jadi teras-teras yang bertingkat.

  3. Menciptakan konsep tentang menyiram dengan menggunakan tenaga air untuk hemat energi.

  4. Menentukan variasi tanaman sesuai musim

Berikut ini saya lampirkan beberapa foto sebagai contoh dari variasi tanaman seorang petani desa Kerirea saat ini. Di sana ada tanaman terung, ada tanaman paria, tomat dan kangkung darat.

Tanaman boncis | Dokumen pribadi oleh Irna Nembo
Tanaman boncis | Dokumen pribadi oleh Irna Nembo

Tanaman terung | Dokumen pribadi oleh Irna Nembo
Tanaman terung | Dokumen pribadi oleh Irna Nembo

Tanaman paria | Dokumen pribadi oleh Irna Nembo
Tanaman paria | Dokumen pribadi oleh Irna Nembo

3. Pilihan sarana penjualan

Terkadang analisis petani desa atau umumnya pelaku UMKM di desa-desa tidak terlalu kritis. Contoh, mereka lebih tergiur punya mobil pick up, daripada menjual dengan motor, tanpa memperhitungkan berapa biaya mobil dan seberapa efektif saat menggunakannya.

Pada kenyataannya, petani yang cerdas dia akan menghitung semua kemungkinan yang efektif dan hemat pengeluaran. Target keuntungan yang besar tetap menjadi prioritasnya.

Nah, pada taraf ini sebenarnya untuk petani desa hanya membutuhkan pendampingan sederhana sehingga mereka bisa menganalisis tentang peluang dan kemungkinan yang tidak hanya larut dalam gengsi dan status sosial, tetapi unsur praktis dan manfaatnya.

Punya mobil memang lebih punya nama, tetapi terkadang usaha akan surut karena pengeluaran lebih besar dari pemasukan. Padahal ketika orang menjual sayur dengan motor, hemat bensin dan bahkan bisa menjangkau sampai di sudut-sudut kampung.

Oleh karena itu, sarana penjualan yang tepat untuk orang di desa-desa itu sebetulnya dengan menggunakan motor yang dirancang secara khusus pada bagian bagasi untuk menaruh sayur.

Motor sebagai sarana paling praktis dan efektif dalam penjualan hasil kebun | Dokumen pribadi oleh Ino
Motor sebagai sarana paling praktis dan efektif dalam penjualan hasil kebun | Dokumen pribadi oleh Ino

Sarana yang praktis dan efektif untuk mendukung UMKM tentunya sangat penting dalam kaitannya dengan gagasan kemandirian ekonomi masyarakat pedesaan.

Kemandirian ekonomi dalam tafsiran petani sayur tidak lain adalah pilihan untuk kembali ke alam, lingkungan hidup mereka sendiri dengan gagasan kreatif mengubah lahan kering hingga menjadi lahan basah yang menghasilkan. 

Semakin kreatif, maka semakin bisa mandiri secara ekonomi kapan saja dan di mana saja.

Salam berbagi, ino, 10.06.2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun