Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Arus Balik di Jerman dan Kerudung Putih

7 Mei 2022   18:39 Diperbarui: 24 Juni 2022   16:03 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, saya terserap sedikit ke sudut refleksi tentang dunia yang menarik dan dunia spiritual dewasa ini. Dunia yang menarik adalah dunia hiburan dimana orang diberikan kebebasan untuk terlibat, tertawa dan berpartisipasi.

Tentu berbeda sekali dengan dunia spiritual yang serius, hening, sepi; ya, dunia yang sangat kering. Oleh karena itu, sebenarnya tidak heran pada sesi renungan, sedikit sekali orang yang hadir. Padahal seorang Sauber hadir dan duduk manis juga mengikuti acara renungan itu, sekalipun ia duduk tanpa punya kesempatan untuk melakukan aksi sulapnya.

Dunia sulap itu ternyata dunia universal.  Dunia sulap itu ternyata menarik mata semua orang, anak kecil suka, orang dewasa juga suka, bahkan saya bisa mengatakan dunia sulap itu melampaui agama-agama.

Di sana tak bedakan agama apa, tetapi semua pun membutuhkan gelak tawa dan sukacita. Mungkin ini hanya sebuah sudut pandang bahwa dunia religius perlu dipadukan dengan cerita dan suasana yang santai penuh tawa.

Perjalanan pulang: belajar duduk seperti pengemis

Saat untuk kembali ke Frankfurt sudah tiba. Saya kembali menunggu di Stasiun kereta pukul 18.30. Tidak disangka bahwa pada arus balik itu ada begitu banyak penumpangnya.

Saya tidak punya kesempatan untuk memperoleh tempat duduk sampai di wilayah Kassel. Pada hari itu saya harus duduk di lorong tengah dekat pintu keluar. Ya, mirip seorang pengemis.

Ya, saya tidak sendiri sih, waktu ada juga seorang perempuan yang duduk di situ. Meskipun duduk melantai, ia terlihat khusuk membaca buku sampai di Fulda.

Saya tidak mengerti mengapa pada tanggal 1 Mei malam itu terlihat banyak sekali penumpangnya dan terlihat jelas sekali banyak saudara-saudara yang muslim pada saat itu ke Frankfurt.

Prediksi saya adalah bahwa oleh karena rute perjalanan kereta itu dari Berlin, makanya kemungkinan banyak sekali yang berdatangan atau kembali dari mudik di Berlin. Perjalanan pada saat kembali berjalan sangat lancar dan tepat waktu, baik berangkat dan tibanya di Frankfurt.

Pilihan arus balik dengan menggunakan kereta cepat untuk konteks di Jerman, barangkali adalah pilihan yang tepat. Hal ini karena namanya kereta cepat, makanya sudah pasti waktu berangkat dan tiba sangat mungkin tepat waktu. Belum lagi soal keamanan perjalanan dan fasilitas internet yang sangat terjamin.

Orang bahkan bisa saja membeli makanan di dalam kereta cepat itu. Saya pikir lebih baik mudik dengan menggunakan kereta cepat daripada dengan menggunakan kendaraan pribadi.

Kemungkinan macet dengan menggunakan kendaraan pribadi sudah pasti ada. Nah, tentu berbeda dengan perjalanan dengan menggunakan ICE, jika lelah kamu bisa tidur atau sepanjang jalan, kamu bisa menelpon keluarga, chatting, menulis, menonton film dan lain sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun