Kontrol sosial hampir tidak bisa dilakukan. Nah, dari situlah kita belajar bukan saja melihat diri sendiri saja, tetapi belajar juga untuk melihat hal-hal baik dari orang lain.Â
2. Monarki itu akan menjadi monoshock
Dalam dunia politik orang mengenal konsep politik monarki. Sebuah gagasan yang merujuk kepada sistem pemerintahan yang dipimpin oleh seorang penguasa (monos) atau tunggal. Ya, mirip dengan sistem pemerintahan kerajaan (bdk. https://id wikipedia.org).Â
Memang bukan tuduhan ketika orang mengatakan bahwa jika organisasi perhimpunan kedokteran Indonesia itu cuma satu, berarti sama dengan monarki dalam dunia kedokteran Indonesia.
Bagaimana dengan urusan perizinan praktek, jika hanya ada satu seperti misalnya cuma IDI, maka mau tidak mau semua dokter muda yang mau praktek misalnya harus mendapatkan perizinan dari IDI atau bahkan segala urusan berkaitan dengan kelayakan praktek pasti berhubungan dengan IDI.
Para dokter yang membutuhkan surat-surat penting terkait perizinan itu seperti tidak punya kebebasan untuk memilih mana yang terbaik dan mudah, oleh karena hanya satu pintu ada di Indonesia.
Oleh karena itu, deklarasi PDSI barangkali menjadi tanda dari runtuhnya kekuasaan tunggal itu dan menjadi peluang baru bagi kebebasan memilih para dokter Indonesia dalam akses mereka untuk pelayanan kesehatan masyarakat.
Apakah PDSI akan menjadi polemik? Ya, bisa saja. Tetapi bahwa PDSI akan hadir sebagai organisasi yang tidak bisa saja dikatakan oposisi dari IDI, tetapi lebih sebagai alternatif yang membuka ruang daya saing positif ke depannya.
3. Para dokter punya kebebasan untuk memilih perhimpunan para dokter yang mana (IDI atau PDSI)Â
Keputusan siapa menjadi anggota IDI dan siapa yang akan menjadi anggota PDSI ada pada keputusan pribadi para dokter Indonesia sendiri. Dengan konsekuensi tentunya, seorang dokter hanya akan menjadi anggota definitif dari satu organisasi kedokteran.
Deklarasi PDSI akhirnya mengubah dinamika monoshock selama ini, karena para dokter sudah bisa mengambil keputusan sendiri apakah berurusan dengan IDI atau menarik diri dari IDI dan menjadi anggota PDSI.
Tujuan yang penting dalam hal ini bukan supaya memancing perpecahan para dokter, tetapi membantu para dokter Indonesia untuk akses yang lebih luas dalam pelayanan kesehatan masyarakat Indonesia.