Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Artikel Utama

Dilema Antara Gegabah dan Kebebasan Berpendapat di Metaverse

18 April 2022   15:17 Diperbarui: 19 April 2022   05:08 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Facebook Horizon Workrooms yang menyediakan ruang pertemuan virtual yang dapat digunakan sebagai sarana tatap muka secara online. (Facebook via tekno.kompas.com)

Sebenarnya bagus sih, jika itu berurusan dengan hal-hal baik yang bernilai inspiratif untuk kehidupan, wawasan, motivasi dan lain sebagainya, cuma kembali lagi, standar umumnya itu yang perlu. Sejauh mana postingan, ukuran live di medsos itu dianggap wajar dan pada batas mana dianggap tidak wajar atau berdampak buruk.

Siapa yang berhak melarang atau  adakah institusi yang bisa mencegah itu semua. Ya, ledakan kebebasan mengekspresikan diri saat itu sudah hampir tidak bisa dibendung lagi oleh institusi apapun.

3. Peluang mendokumentasinya dari yang gegabah

Transparansi di Metaverse ini kadang meruntuhkan pengendalian diri. Orang yang begitu gegabah akan mudah sekali terjebak pasal hukum. 

Dalam waktu sekejap orang memposting sesuatu, setelah dibaca lagi ia menjadi ragu, karena rupanya postingan itu punya unsur fitnahan, lalu pada menit kedua ia berusaha menghapusnya.

Pembaca media sosial dengan menggunakan sistem canggih SS atau Screenshot sudah menyimpan postingan itu pada detik yang kesekiannya setelah di postingan.

Dokumentasi SS itu tidak bisa lagi dihapus oleh pihak yang mempostingnya, maka konsekuensi selanjutnya adalah dia hanya bisa menunggu saat viral karena postingan fitnahannya.

Ya, gegabah di Metaverse itu rupanya bisa berdampak serius untuk diri sendiri dan masyarakat umumnya. Orang punya kebebasan, tetapi semua itu harus terukur dan dapat dibuktikan.

Oleh karena itu, barangkali baik dalam dilema antara kemungkinan menjadi gegabah dan kebebasan berpendapat ini orang perlu memperhatikan beberapa hal ini:

1. Memperkuat institusi hati nurani

Dari konteks seperti itu, barangkali institusi hati nurani yang melekat pada diri pribadi setiap orang menjadi begitu penting dan relevan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun