Peluang akses gagasan, ide, pikiran, pendapat sendiri ke ranah sosial saat ini seperti sedang mencapai puncak klimaksnya.Â
Orang bisa saja berkata seperti ini, "Jika saya mau, maka saya bisa saja menuliskan apa saja yang pikirkan saat ini."
Modalnya sederhana orang hanya butuh satu HP Android, lalu dilengkapi dengan aplikasi-aplikasi seperti Facebook, IG, Tiktok dan lain sebagainya.
Ketika orang memiliki itu semua, maka apa saja bisa ditunjukkan, bahkan tidak ada orang yang melarangnya. Sebagian orang mengira bahwa puncak kebebasan itu tanpa ada standar dalam pengungkapannya.
Oleh karena cara pikir bahwa kebebasan berpendapat itu tanpa standar, maka segala sesuatu dilakukan dengan sesuka hati. Nah, ternyata itu salah. Cara pikir tentang kebebasan berpendapat tanpa standar itu keliru.
Di sana ada etika dan tata krama yang dikenal secara umum selain hukum formal yang berlaku di negeri ini. Dari situlah orang semakin menemukan pelajaran di Metaverse bukan belajar sebelum mengalami persoalan, tetapi sebaliknya orang belajar setelah ada persoalan.
Logika seperti itulah yang bisa disebut fenomena gegabah di Metaverse begitu mencolok, karena ada begitu banyak orang yang salah kaprah memahami kebebasan ekspresi diri mereka di Metaverse.
2. Peluang mempertunjukkan diri melalui momen live
Di Metaverse tampak sekali bahwa ada ruang baru yang dibuka lebar bukan hanya untuk kalangan milenial, tetapi juga hampir untuk semua kalangan.Â
Bahkan tidak kalah dari kenyataan yang tidak terbayangkan dulunya, saat ini semuanya dipertontonkan. Mulai dari orderan pakaian di live, memasak di dapur juga live, menyusui anak live, berantem di jalan juga live, makan di mana saja live, demonstrasi juga live, bertengkar live dan hampir semuanya live.
Dunia live adalah dunia tanpa pura-pura atau dunia tanpa editan