Manusia rajin bertanya dan mengguggat Tuhan: Mengapa Tuhan tidak sanggup menghentikan perang?
Krisis Rusia-Ukraina belum kunjung akhir, meski banyak pihak dan tokoh-tokoh dunia telah bernegosiasi, lobby hingga doa damai. Rusia tetap saja meneruskan agresi militernya, begitu pula Ukraine sama melakukan perlawanan dengan caranya sendiri.Â
Narasi perang antara keduanya mulai terpisah dari cerita tentang siapa yang pertama menyerang pada 24 Februari silam. Hal ini karena dalam perjalanan waktu keduanya saling menyerang, keduanya sama-sama berjuang, keduanya sama-sama berusaha merebut apa yang penting bagi mereka.Â
Riuh narasi melalui propaganda media hampir tidak bisa masuk akal. Aneka kabar aneh muncul ke permukaan, entah benar seperti terjadi di sana, sepertinya perlu dipertanyakan?Â
Media yang mana yang perlu menjadikan rujukan? Semuanya jadi ragu-ragu menjadikan sumber bacaan.Â
Tapi itulah kebebasan pada satu sisinya yang tidak bisa dipisahkan dari kerinduan manusia tentang kebenaran dari sebuah perang pada sisi lainnya.
Memilih diam dan mengambil posisi berpuasa mengadopsi khayalan yang semakin melebarkan ruang ketidakpastian global, barangkali langkah bijak saat ini.Â
Oleh karena itu, secara umum saya hanya bisa mengatakan bahwa ada narasi yang sama dari media-media di Eropa bahwa krisis Rusia-Ukraina belum berakhir.Â
Apa persisnya, tentu bagi saya itu tidak bisa digambarkan karena berbagi sumber selalu memberitakan hal yang berbeda, mungkin benar dan mungkin juga salah.Â
Nah, tulisan ini hanya merupakan refleksi terkait tradisi liturgi perayaan Minggu Palma dalam konteks Gereja Katolik di tengah krisis Rusia-Ukraina. Kalau tahun lalu, sangat jelas Minggu Palma dirayakan di tengah situasi krisis Covid19. Sebuah pemandangan berbeda tentu ada juga di sana.Â
Sebelah tangan memegang ranting palma, sebelah tangannya mengatur masker penutup mulutnya. Nah, kali ini sedikit berbeda, sekurang-kurangnya tidak begitu banyak lagi orang yang sibuk menata maskernya, tetapi sangat mungkin bahwa pada tangan yang satunya menggenggam palma, sedangkan tangan satu mungkin menyentuh hatinya dan bertanya.Â