Kita tahu bahwa anak-anak belum bisa punya kemampuan mengambil keputusan sendiri terkait entah dimana harus pakai masker dan dimana saat tidak perlu memakai masker.
Dalam hal ini, peran orangtua sangat penting untuk terus mendampingi anak-anak mereka, supaya anak-anak tetap diarahkan agar waspada terhadap kesehatan tubuh mereka.
Papa dan mama tetap perlu memberitahu hal yang baik dan aman untuk kesehatan anak-anak mereka, tentu sebagai hal yang tetap penting. Sampai pada saat di mana memang benar-benar aman secara umum, baru diberikan kebebasan yang penuh.
4. Kebiasaan yang baik selama pandemi perlu diteruskan
Bisa saja ada cara pikir yang keliru dalam hal ini. Kebijakan tanpa masker sama dengan tanpa cuci tangan lagi. Saya kira hal ini yang perlu diperhatikan lagi.
Kebiasaan mencuci tangan yang dibangun selama masa pandemi, saya kira itu merupakan kebiasaan baik yang tidak perlu diinstruksikan supaya tidak perlu lagi, sama dengan kebijakan tanpa masker.
Kebiasaan mencuci tangan perlu tetap dilanjutkan, karena sekali lagi berkaitan dengan kebersihan dan keamanan dan bukan karena gaya tertentu atau trend zaman pada saat covid 19.
Tentu kebiasaan ini sangatlah mudah bagi saudara-saduara saya yang muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa. Ya, suatu kebiasaan baik yang tidak hanya higienis, tetapi juga punya nilai religinya.
Jadi, pada prinsipnya kebiasaan yang baik kita bawa terus, sedangkan yang tidak terlalu perlu perlahan-lahan dilepaskan.Â
5. Pengalaman pertama dengan rasa baru tanpa masker: Tersenyum kepada bumi
Nah, ternyata saat pertama tanpa masker menjadikan seseorang seperti ada sesuatu yang tidak enak. Mulut terasa dingin dan seperti ditelanjangin.Â
Aneh juga ya, tapi bisa dimengerti sih, selama dua tahun mulut kita selalu dibungkus, lalu sekarang mulut dibiarkan kebuka tanpa bungkusan. Maksud saya khsusnya di tempat umum dimana ada banyak orang.