Kebijakan praktis atas nama rasa aman di tengah kebijakan umum tanpa mengenakan masker itu penting. Jangan lupa tetap waspada. Kesehatan diri dan keluarga kita tetap menjadi skala prioritas.
Setelah beberapa bulan lalu Spanyol mengumumkan kebijakan tanpa mengenakan masker lagi dan menganggap Covid19 sama halnya dengan penyakit dan demam dan flu pilek, maka saat ini pun berlaku di Jerman dan hampir semua negara di Eropa (bdk.www.tagesschau.de)
Senin, 3 Maret 2022 merupakan hari pertama sebagian besar negara bagian di Jerman khususnya memberikan kebebasan untuk tidak mengenakan masker. Meskipun demikian, kebijakan itu sifatnya tidak memaksa. Tempat-tempat perbelanjaan yang punya kebijakan sendiri, toh seperti tetap saja mengenakan masker juga diberikan kemungkinan.
Kebijakan lain  itu perlu dihargai dan tetap dilihat sebagai kewajiban untuk ditaati. Tanpa masker, maka orang tidak akan diizinkan berbelanja di beberapa tokoh seperti lidl, dan beberapa toko lainnya.
Meskipun demikian, sudah pasti bahwa rumah sakit dan tempat-tempat perawatan orang tua tetap saja menggunakan masker. Kebijakan tanpa masker dalam hal ini, sudah lebih fleksibel sesuai dengan harapan banyak orang pada umumnya.
Akan tetapi, sambil tetap juga memperhatikan kebijakan praktis untuk sekelompok orang yang memang sangat riskin kalau tanpa masker. Oleh karena itu, kebijakan itu tidak berlaku secara umum, tetapi berlaku berdasarkan situasi dan kebutuhan masing-masing orang.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu tetap diperhatikan oleh setiap orang di tengah kebijakan umum tanpa mengenakan masker di Eropa umumnya.
1. Tanpa masker itu baik, tapi belum tentu aman
Setiap orang pasti punya pemahamannya sendiri tentang apa yang terbaik untuk hidupnya. Berhadapan dengan keputusan umum seperti itu, setiap orang boleh tanpa mengenakan masker, sebetulnya keputusan itu hanya merupakan opsi lain selain apa yang bisa dikatakan wajib.
Saya juga mengapresiasi kebijakan itu, namun sambil tetap mengingatkan kita semua bahwa sebaiknya pikirkan kebebasan itu dalam kaitannya dengan kesehatan pribadi kita masing-masing.
Jika kalian yakin tanpa masker dan tubuh kalian sehat dan nyaman, maka silahkan saja tanpa perlu masker tentunya, tetapi, sebaliknya jika suara hati kalian tidak yakin atau ragu-ragu dan merasa ada sesuatu yang tidak nyaman, maka sebaiknya tetap saja mengenakan masker. Seorang teman saya mengatakan begini, "Man soll immer noch vorsichtig sein" atau orang harus tetap hati-hati atau waspada.
Kemarin saat saya membeli roti di toko roti, di sana ada dua pelayan perempuan. Pelayan yang satunya mengenakan masker, sedangkan yang satunya lagi tanpa masker.
Saya bertanya kenapa seperti itu? Katanya, ya, itu keputusan bebas mereka masing-masing. Nah, rupanya yang mengenakan masker punya keputusan yang baik dan juga memberikannya jaminan keamanan, karena ia sedang hamil.
Saya kira kebijakan praktis dalam situasi seperti itulah, yang penting dilakukan dan jangan asal-asal saja seperti hanya sekedar ingin meluapkan rasa sumpek karena lama terkurung, lalu tanpa kendali lagi.
Saya bisa mengatakan bahwa di tengah kebebasan tanpa masker itu, sebaiknya ibu hamil tetap mengenakan masker, atau orang-orang yang punya problem dengan ginjal misalnya harus tetap mengenakan masker.
Jadi, pilihkan cara yang tepat dan pada saat yang sama memberikan juga rasa aman.
2. Sebaiknya orang tetap membawa masker dalam perjalanan meskipun tidak wajib mengenakan masker
Cara ini sederhana saja seperti masker bisa disimpan di saku jaket, atau juga di singsingkan pada lengan baju dan lain sebagainya. Penting bahwa masker tetap tersedia.Â
Pertimbangan sederhananya adalah bahwa ketika dalam kerumunan orang banyak yang begitu tanpa jarak, lalu ada perasaan tidak aman pada saat itu, maka siapa saja bisa mengenakan masker.
Tanpa mengenakan masker, tapi orang tidak dilarang mengenakan masker untuk keamanan dirinya sendiri. Oleh karena itu, sebaiknya untuk orang-orang yang menggunakan fasilitas umum bus dan kereta misalnya, mungkin perlu dipikirkan lagi sisi keamanannya.
Kalau saya sih masih tetap juga memilih pakai masker meski bukan masker yang sangat tebal dan membuat sesak nafas.Â
Masker tetap baik untuk memberikan rasa aman kepada diri sendiri dalam perjalanan.
3. Di tengah kebijakan tanpa masker, orangtua tetap memperhatikan masker untuk anak-anak
Kita tahu bahwa anak-anak belum bisa punya kemampuan mengambil keputusan sendiri terkait entah dimana harus pakai masker dan dimana saat tidak perlu memakai masker.
Dalam hal ini, peran orangtua sangat penting untuk terus mendampingi anak-anak mereka, supaya anak-anak tetap diarahkan agar waspada terhadap kesehatan tubuh mereka.
Papa dan mama tetap perlu memberitahu hal yang baik dan aman untuk kesehatan anak-anak mereka, tentu sebagai hal yang tetap penting. Sampai pada saat di mana memang benar-benar aman secara umum, baru diberikan kebebasan yang penuh.
4. Kebiasaan yang baik selama pandemi perlu diteruskan
Bisa saja ada cara pikir yang keliru dalam hal ini. Kebijakan tanpa masker sama dengan tanpa cuci tangan lagi. Saya kira hal ini yang perlu diperhatikan lagi.
Kebiasaan mencuci tangan yang dibangun selama masa pandemi, saya kira itu merupakan kebiasaan baik yang tidak perlu diinstruksikan supaya tidak perlu lagi, sama dengan kebijakan tanpa masker.
Kebiasaan mencuci tangan perlu tetap dilanjutkan, karena sekali lagi berkaitan dengan kebersihan dan keamanan dan bukan karena gaya tertentu atau trend zaman pada saat covid 19.
Tentu kebiasaan ini sangatlah mudah bagi saudara-saduara saya yang muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa. Ya, suatu kebiasaan baik yang tidak hanya higienis, tetapi juga punya nilai religinya.
Jadi, pada prinsipnya kebiasaan yang baik kita bawa terus, sedangkan yang tidak terlalu perlu perlahan-lahan dilepaskan.Â
5. Pengalaman pertama dengan rasa baru tanpa masker: Tersenyum kepada bumi
Nah, ternyata saat pertama tanpa masker menjadikan seseorang seperti ada sesuatu yang tidak enak. Mulut terasa dingin dan seperti ditelanjangin.Â
Aneh juga ya, tapi bisa dimengerti sih, selama dua tahun mulut kita selalu dibungkus, lalu sekarang mulut dibiarkan kebuka tanpa bungkusan. Maksud saya khsusnya di tempat umum dimana ada banyak orang.
Rasanya tidak nyaman, jika tanpa masker bukan? Saya akhirnya berpikir bahwa semuanya karena kebiasaan. Orang bisa karena biasa. Ya, mengenang saat pertama tanpa masker dan tersenyum pada bumi.
Tapi, di musim semi di Jerman, kalau jogging pagi, saya tetap suka memakai masker. Rasanya sih lebih nyaman dan hangat. Rupanya masker sudah beralih fungsi menjadi seperti sarung mulut yang menghangatkan bibir.
Bisa juga kalau diperhatikan sebenarnya melalui masker ada nilai hematnya. Bisa saja kaum perempuan tidak perlu banyak berdandang bukan? Siapa saja yang akan melihatnya.Â
Siapa juga yang lihat? Tapi, tetap jangan lupa sikat gigi lho. Nah, ini cuma candaan ringan pasca pandemi. Oh baru-baru ini, saya menerima pesan dari seorang teman kursus saya orang Jerman, katanya begini, "Denken immer positif, bleiben immer negatif atau berpikir selalu positif, tetaplah selalu negatif.Â
Refleksi kecil: belajar menjaga kesehatan diri dan orang lain
Ya, pandemi covid 19 telah mengubah kebiasaan-kebiasaan manusia hingga mengubah ritme kehidupan banyak orang dan bahkan institusi pun berubah gaya dan caranya.
Tanpa disadari, kita telah banyak sekali belajar dari pandemi covid 19 itu; belajar menjaga kesehatan diri, keluarga dan semua orang. Belajar membatasi diri dan menutup mulut.Â
Belajar menjaga jarak dengan sesamanya, tetapi masa pandemi ini ditemukan pula bahwa orang begitu intensif mendekatkan diri dengan Tuhannya dan juga dengan orang-orang yang jauhnya darinya.
Pandemi memang belum sepenuhnya berakhir, namun sudah terbukti bahwa manusia telah berjuang merawat kehidupannya. Manusia telah masuk ke dalam perangkap konsep tentang pentingnya nilai kehidupan manusia.Â
Berjuang untuk tetap hidup di tengah kematian berjuta-juta orang di seluruh dunia karena pandemi covid 19 itu sendiri.Â
Hidup ini sungguh berarti, karena itu orang selalu memperjuangkannya tidak hanya kemarin, tetapi hari ini dan nanti.
Demikian beberapa hal yang perlu tetap diperhatikan di tengah kebijakan umum tanpa masker. Kebijakan-kebijakan praktis yang dibuat sendiri bisa sangat menolong dan bermanfaat. Saya yakin bahwa tidak lama di Indonesia akan berlaku aturan yang sama seperti di Eropa.
Kebijakan praktis itu selalu penting karena terhubung dengan kebutuhan pribadi seseorang, berkaitan dengan pertimbangan keamanan dan kesehatan diri sendiri dan keluarga atau teman kerja.
Keselamatan dan keamanan diri sendiri dan orang lain itu tidak perlu ada instruksi dan kebijakan lagi yang begitu menuntut, karena setiap orang pasti sudah memperhitungkannya.
Â
Salam berbagi, ino, 7.04.2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H