Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membongkar Rahasia di Balik Isu Penundaan Pemilu 2024

10 Maret 2022   05:55 Diperbarui: 10 Maret 2022   06:00 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membongkar rahasia dibalik isu penundaan pemilu 2024 | Dokumen diambil dari: br.napster.com

Konsistensi itu lebih menarik dan berarti karena di sana akan terbuka ruang bagi regenerasi.

Apa kabar Indonesia? Akhir-akhir ini tiupan angin bawa kabar tidak jelas semakin kencang. Kabar angin penundaan pemilu 2024 merebak sampai ke pelosok desa. Desas-desus itu lagi-lagi tidak jelas asal usul dan alasannya.

Siapa yang pernah mengatakan dengan tegas bahwa pemilu 2024 akan ditunda? Tidak ada sama sekali, bahkan Presiden Jokowi sendiri tidak pernah mengatakannya.

Nah, dari situ sudah jelas bahwa isu penundaan pemilu 2024 itu hanyalah suatu desas-desus rakyat.  Politik pasti punya desas-desus. Siapa yang tidak suka desas desus? Apakah desas desus adalah suatu pancingan?

Semua bisa saja dimaknai ganda. Semuanya tergantung pada siapa yang mendengar dan menafsirkannya. Hal pasti bahwa ada kegemaran baru sebagian orang Indonesia saat ini yakni bergosip tentang desas-desus.

Kebebasan baru memberikan pendapat menjadikan desas desus berubah wajah. Sebagian orang yang terlibat dalam politik praktis juga menyukai desas-desus. 

Meski tidak terlihat jelas wajah seperti apa mereka itu. Orang-orang itu tetap saja jadi penyebar isu. Bisa jadi, kategorinya sama dengan memelintir kata dan ucapan-ucapan pejabat publik. 

Tidak jarang pula, isu-isu disoroti dan disambung dengan pasal agama tertentu. Ya, hidup mereka seperti sedang dimanja oleh hobi baru mereka. Gemar bermimpi tentang negeri yang khaos dan riuh rusuh.

Ibarat memancing di air keruh, mereka menebar isu ditundanya pemilu itu. Ada harapan kail pancingan nyasar pada tenggorokan orang rakus. Bahaya dan resiko terburuk sudah menjadi bagian dari mimpi penebar isu.

Resiko mendekap di penjara dan hinaan pasti di depan mata. Resiko tuntutan massal, mungkin tidak bisa dibendung. Harap saja tidak pernah terjadi perubahan seperti itu. Desas desus semoga tidak akan berubah menjadi racun bagi pihak yang tamak dan rakus. 

Entah siapa penyebar isu hingga kini tidak pernah ada yang tahu. Meskipun demikian, publik bisa menakar kemana arah tiupan isu itu. Sasaran empuk belum tentu selalu lurus sesuai maksud penebar yang tersembunyi itu.

Desas-desus selalu laku di pasaran media sampai kapanpun. Entahkah cuma itu: penundaan pemilu 2024, presiden tiga periode, tudingan penodaan agama kepada menag, Ibu Kota Negara (IKN) yang baru?

Isu itu provokativ 

Terasa isu penundaan pemilu itu provokatif. Karena memang untuk konsumsi politik di Indonesia, isu selalu menarik. Bukan cuma untuk kepentingan politik murni, tetapi juga untuk kepentingan media dan kepentingan yang atas namakan demokrasi.

Apalagi ketika isu-isu atau desas-desus itu sudah berhasil "hamil" dan melahirkan dusta, maka demo pengerahan massa terjadi di mana-mana. Dari desas-desus selanjutnya membesar hingga ke hiruk pikuk yang mendatangkan kekacauan negeri ini.

Ketika negeri ini menjadi begitu kacau, maka sangat mungkin tebaran isu berubah jadi konklusi bahwa negara itu tidak bisa diatur. Pihak keamanan tidak bisa mengamankan negara. 

Tampak sekali bahwa sebagian orang masih suka-suka menebar isu. Suka plintiran ucapan mulut para pendukung pemerintah saat ini. Sampai kapan hidup mereka dibalut isu?

Isu penundaan pemilu 2024 merupakan desas-desus yang memancing amarah crazy. Kegilaan orang-orang lapar "nasi bungkus" yang tidak paham dengan nalar kritis tentang racun dalam nasi bungkus.

Oleh karena itu, terlihat ada tiga godaan bagi pemerintahan Jokowi saat ini:

1. Membangun konsep tentang figur Jokowi yang inkonsisten

Isu-isu ini dibangun seakan-akan sangat menguntungkan Jokowi.  Kalau pemilu ditunda, maka Jokowi untung dong. Ia masih menjabat sebagai presiden bukan? Akankah terjadi seperti itu?

Isu itu rupanya sudah terbaca. Kemana arah giringan opini desas-desus akan berlayar. Saya lebih suka sebut isu penundaan pemilu 2024 sebagai satu "jebakan batman."

Karena itu, jika jalan terbaik adalah pilih cara yang tidak termakan isu. Mengapa harus mengetuk palu, jika saja tidak ada alasan urgen yang mendesak dan perlu? Pesta demokrasi harus tetap berjalan sesuai konstitusi dan undang-undang yang berlaku.

Sebuah pesta rakyat bukan pesta untuk cari  makan. Jika rakyat lapar, maka pemerintah harus beri makanan sehat kepada semua rakyat. Tidak perlu manipulasi tanpa akal sehat.

Mengapa rakyat mengharapkan "nasi bungkus" dari pesta demokrasi? Itu hanya pesta demo- crazy yang menerima nasi bungkus tanpa bekerja dan mengeluarkan keringat sendiri.

Itu bedanya, pesta demo-crazy punya target gusur Jokowi karena inkonsisten. Pesta demokrasi membuka ruang pilihan rakyat untuk presiden yang baru nanti. Presiden sesuai pilihan rakyat sendiri.

Sangat mungkin, jika isu itu dimakan Jokowi, maka akan ada demonstrasi besar yang bisa dikatakan "demo-crazy". Mereka akan menuntut turunkan Presiden sendiri. 

Apakah demo-crazy itu tujuan kaum oposisi? Itu soal lain yang selalu bersembunyi dibawah meja. Kata pepata bahasa Jerma, "Das liegt unter dem Tisch" atau sesuatu terletak di bawah meja. Ya, sulit dilihat orang.

Keputusan memakan isu bisa menghasilkan kekacauan negeri. Ingat di negeri ini apa saja bisa dipelintir dan bisa jadi panjang dan berbelit, hingga demo-crazy berjilid-jilid.

Jadi, biarkan itu hanya sebagai isu yang semakin menambah kewaspadaan politis.  Lihatlah itu sebagai satu tema politik atau halusnya godaan politik.

2. "Jebakan batman" setelah kegagalan tawaran presiden tiga periode

Beberapa waktu lalu saya menonton video tentang bagaimana pernyataan sikap Jokowi terkait isu presiden tiga periode itu. Pada prinsipnya pesta demokrasi 2024 akan berjalan sesuai konstitusi yang berlaku saat ini, tegas Jokowi.

Saya terkejut menyaksikan betapa jelinya Pak Jokowi menganalisis jebakan-jebakan isu di tanah air saat ini. Terlihat seakan-akan opini publik dibangun untuk mengiring Jokowi jatuh dalam godaan popularitasnya sendiri.

Pemimpin hebat itu harus bisa menolak keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku. Kompromi pada keinginan sebagian orang, bisa saja menjadi cela dari bocornya jaringan kepercayaan publik.

Menolak tawaran dan jebakan itu penting. Mungkin sama pentingnya dengan kesadaran bahwa ia bukan orang rakus yang bisa "makan puji" lalu tidak tahu diri. Di situlah letak kecerdasan emosi dan intelek seorang Jokowi dalam menata isu-isu di negeri ini.

Isu boleh saja bertebaran, tetapi ia tidak pernah goyah dari provokasi jabatan, tahta, harta serta prestasinya sendiri. Semua itu ada saat dan masanya. Konsisten itu penting, lebih penting dari memperpanjang popularitas diri, padahal melanggar konstitusi.

3. Hubungan isu satu dengan isu lainnya

Gelombang isu datang dan pergi. Isu-isu itu seperti gelombang di tepi pantai. Datang sambil menerpa semua sampah ke pesisir pantai. Tak jarang seperti gelombang yang mengguling dan menggulung, lalu pergi dengan sunyi.

Masih ingat beberapa waktu lalu provokasi Edy Mulyadi tentang IKN sebagai tempat tidak pantas itu? Gelombang ganas merebak tuntutan penghakiman adat. Namun, penebar ujaran kebencian itu kehilangan pendukung dan massa.

Sendiri akhirnya mendekap di penjara. Bisa saja dikira protes melalui media itu menuai dukungan dari banyak pihak. Ia berlagak orang kritis dan cerdas.

Cuma sayang kata-katanya tidak ditata secara ramah. Pancingan dan jebakan akhirnya mengenai dirinya sendiri. Mungkin maksudnya benar, sebagai anak bangsa ia punya hak suara. Ia boleh saja mengajukan alasan mengapa ia menolak.

Namun, tidak elok dan indah. Saat kata-katanya merendahkan sesamanya. Hati-hati saat bermain api, nanti bisa kebakaran sendiri. Demikian, hati-hati mencerna isu-isu negeri ini sebelum punya alasan yang mendasar dan sangat penting.

Penundaan pemilu 2024 itu adalah sebuah desas-desus yang tidak punya alasan dan landasan. Saya hanya bisa menganalisis dari sisi lain ketika termakan isu. Potensi demo-crazy dengan bayaran "nasi bungkus" hanya akan menyerap energi positif bangsa ini untuk membangun dengan damai dan penuh toleransi.

Salam berbagi, ino 10, 03, 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun