Karena itu, jika jalan terbaik adalah pilih cara yang tidak termakan isu. Mengapa harus mengetuk palu, jika saja tidak ada alasan urgen yang mendesak dan perlu? Pesta demokrasi harus tetap berjalan sesuai konstitusi dan undang-undang yang berlaku.
Sebuah pesta rakyat bukan pesta untuk cari  makan. Jika rakyat lapar, maka pemerintah harus beri makanan sehat kepada semua rakyat. Tidak perlu manipulasi tanpa akal sehat.
Mengapa rakyat mengharapkan "nasi bungkus" dari pesta demokrasi? Itu hanya pesta demo- crazy yang menerima nasi bungkus tanpa bekerja dan mengeluarkan keringat sendiri.
Itu bedanya, pesta demo-crazy punya target gusur Jokowi karena inkonsisten. Pesta demokrasi membuka ruang pilihan rakyat untuk presiden yang baru nanti. Presiden sesuai pilihan rakyat sendiri.
Sangat mungkin, jika isu itu dimakan Jokowi, maka akan ada demonstrasi besar yang bisa dikatakan "demo-crazy". Mereka akan menuntut turunkan Presiden sendiri.Â
Apakah demo-crazy itu tujuan kaum oposisi? Itu soal lain yang selalu bersembunyi dibawah meja. Kata pepata bahasa Jerma, "Das liegt unter dem Tisch" atau sesuatu terletak di bawah meja. Ya, sulit dilihat orang.
Keputusan memakan isu bisa menghasilkan kekacauan negeri. Ingat di negeri ini apa saja bisa dipelintir dan bisa jadi panjang dan berbelit, hingga demo-crazy berjilid-jilid.
Jadi, biarkan itu hanya sebagai isu yang semakin menambah kewaspadaan politis. Â Lihatlah itu sebagai satu tema politik atau halusnya godaan politik.
2. "Jebakan batman" setelah kegagalan tawaran presiden tiga periode
Beberapa waktu lalu saya menonton video tentang bagaimana pernyataan sikap Jokowi terkait isu presiden tiga periode itu. Pada prinsipnya pesta demokrasi 2024 akan berjalan sesuai konstitusi yang berlaku saat ini, tegas Jokowi.
Saya terkejut menyaksikan betapa jelinya Pak Jokowi menganalisis jebakan-jebakan isu di tanah air saat ini. Terlihat seakan-akan opini publik dibangun untuk mengiring Jokowi jatuh dalam godaan popularitasnya sendiri.