2. Saat menulis adalah momen menilai pikiran sendiri
Pada saat-saat tertentu, saya bisa mengatakan gagasan ini tidak tepat, atau poin pikiran yang itu sama sekali tidak baik dan lain sebagainya.Â
Sebelum mengatakan baik, tepat, benar dan lain sebagainya sebenarnya ada saat yang sudah dilalui sebagai saat konfrontasi.Â
Konfrontasi dengan pikiran sendiri itu membutuhkan keheningan dan lingkungan yang tenang dan aman. Ya, bisa saja masing-masing orang punya cara dan tempat ideal sendiri.Â
Ada yang bisa masuk ke dalam dirinya dalam permenungan justru di saat ada musik hingar bingar, tetapi ada pula yang bisa merenungkan diri dengan baik, ketika berada di pinggir pantai sambil menatap gulungan gelombang dan merasakan tiupan angin sepoi-sepoi basah.
Pada prinsipnya menilai pikiran sendiri itu adalah proses yang baik, apalagi seseorang bisa membagikannya bersama orang-orang kepercayaannya.Â
Semakin yakin dengan pikiran sendiri yang benar sesuai standar nilai, maka semakin matang dan bagus untuk dibagikan kepada orang lain.
Demikian ulasan tentang 7 proses menulis sebagai spiritualitas mengevaluasi diri. Akhirnya disadari bahwa proses menulis sebuah artikel itu punya spiritualitas yang tidak hanya mampu mengevaluasi diri sendiri, tetapi juga mampu menuntun seseorang mencapai kematangan cara berpikir.Â
Menulis itu tidak pernah sia-sia lho. Jangan lupa menulis!
Salam berbagi, ino, 5.03.2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H