Dari pemahaman seperti ini, tampak tidak jauh berbeda dengan ajaran dalam kekristenan yang mengajarkan tentang totalitas dalam mengasihi: hendaklah kamu mengasihi Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu (bdk. Mt 22:37).
Oleh karena itu, saya bisa mengerti jika Nurcholish Madjid menekankan aspek doa salat sebagai doa untuk ditunjukkan kepada jalan yang lurus, jalan hidup yang benar menuju dan mendekat sedekat mungkin kepada Allah, Kebenaran mutlak. Ya, melalui salat itulah manusia dibimbing kepada dialog intim dengan Tuhannya dan pada saat yang sama membangkitkan kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam hidup manusia.
Salat sebagai saat hati bergetar
Pada prinsipnya kontak dialog komunikasi dengan Tuhan itulah yang menjadi inti dari doa. Tidak heran kata "salat" dalam bahasa Arab: shalh, mufrad; shalawt, jamak) sendiri secara harfiah berarti seruan: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang bila Allah disebut, hati mereka bergetar, dan bila ayat-ayat-Nya dibacakan, bertambahlah iman mereka, dan mereka itu bertawakal kepada Tuhan mereka," (Q 8:2).Â
Dengan sangat jelas bahkan Allah menyampaikan firman-Nya kepada Nabi Musa, "... Dan tegakkanlah salat, agar (kamu) ingat (zikr) kepada-Ku," (Q 20:14).
Firman yang sangat indah dan menggetarkan hati itu tidak jauh bedanya dengan yang ada di dalam kekristenan, sebutlah nama Tuhanmu, karena nama itu adalah nama yang menyelamatkan. Atau lebih jelasnya dalam Kitab Amsal, Nama Tuhan adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat," (Amsal 18:10).
Salaat sebagai saat memberikan perhatian kepada sesama manusia
Pertama sekali saya membaca buku-buku dari Nurcholish Madjid, saya begitu terkejut karena mengetahui bahwa ternyata ketika salat itu ada saatnya untuk menoleh ke kiri dan ke kanan. Nah, dalam pemikiran Nurcholish menoleh ke kiri dan ke kanan itu adalah ungkapan perhatian kepada sesama manusia.
Oleh karena itu, Madjid mengungkapkan dimensi yang sangat luar biasa mendasar tentang hubungan antara doa dengan tindakan nyata atau amal kasih. Ya, sebuah gagasan humanisme yang berakar dalam doa.Â
Doa akhirnya memang perlu dimengerti sebagai momen di mana mengarahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan juga momen peduli pada sesama manusia. Betapa indahnya ajaran-ajaran agama kita.
Demikian tulisan ini, saya akhiri dengan ungkapan rasa kagum pada ajaran agama kita bahwa sebagai manusia kita perlu punya kesempatan untuk mengarahkan diri dan memohon tuntutan Tuhan agar kita berjalan di jalan yang lurus, di jalan yang benar dan selanjutnya memelihara hubungan kita dengan sesama kita. Pada prinsipnya kontak vertikal kita kepada Tuhan tidaklah semata-mata sebagai akhirnya, tetapi sebagai awal untuk dibuktikan dalam kontak kita dengan sesama dalam hidup kita setiap hari.