Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Perang, Kutukan untuk Rusia, dan Doa Damai

25 Februari 2022   01:39 Diperbarui: 25 Februari 2022   11:56 1602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kendaraan militer Ukraina melaju melewati Alun-alun Kemerdekaan di pusat kota Kiev, ibu kota Ukraina, Kamis (24/2/2022). Sirene serangan udara berbunyi di seantero Kiev ketika kota-kota di sekelilingnya dihantam serangan rudal dan artileri oleh Rusia.(AFP/DANIEL LEAL)

Diplomasi, dan doa mungkin cara paling damai dari semua manusia untuk krisis Ukraina saat ini.

Hari ini bukan lagi sebatas polemik dan prediksi, tetapi sudah menjadi suatu kenyataan bahwa perang Rusia melawan Ukraina sudah terjadi. Dialog dan diskusi berlangsung selama ini seakan tidak bisa menemukan titik terang menuju perdamaian.

Tak bisa disangkal lagi bahwa Rusia menyerang Ukraina Timur. Media-media asing dan di Jerman hari ini secara khusus merilis berita tentang Presiden Vladimir Putin yang secara resmi memerintahkan operasi militer di wilayah Luhansk dan Donetsk Kamis pagi. 

"Saya telah memutuskan untuk melakukan operasi militer khusus," kata Putin dalam pidato yang disiarkan televisi. 

Putin menjelaskan juga tujuan agresi militernya adalah untuk melindungi orang-orang yang menjadi sasaran pelecehan dan genosida selama delapan tahun terakhir.

Sementara itu, tidak kalah saingnya bahwa Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengumumkan juga keadaan perang di seluruh negerinya. Dia mengumumkan keadaan peran itu dalam pesan video pada hari Kamis, 24 Februari 2022.

Reaksi Pemerintahan Jerman

Sebagai reaksi, tampak jelas sekali bahwa Kanselir Olaf Scholz (SPD), Jerman mengecam keras tindakan agresi militer Rusia terhadap Ukraina. 

Pada prinsipnya Olaf menegaskan bahwa serangan Rusia ke Ukraina adalah pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional. 

Tidak ada pembenaran untuk agresi militer seperti itu. Jerman mengutuk tindakan kejam Presiden Putin ini dengan sekuat tenaga, kata Olaf pada hari Kamis dalam reaksi awal yang disebarkan oleh kantor agen pers Jerman.

Jerman menunjukkan juga solidaritasnya yang berpihak pada Ukraina dan rakyatnya. Olaf dengan tegas menuntut agar Rusia harus segera menghentikan agresi militernya. 

Pemerintah Jerman sekarang ingin berkoordinasi erat dalam kerangka G7, NATO dan Uni Eropa. Selanjutnya Olaf menggarisbawahi pernyataan sikapnya, Dies ist ein furchtbarer Tag für die Ukraine und ein dunkler Tag für Europa (ini adalah hari yang mengerikan bagi Ukraina dan hari yang gelap bagi Eropa).

Reaksi dari Presiden Amerika Serikat

Sementara itu reaksi yang tidak kalah pentingnya untuk diketahui publik yakni dari Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, sekutu Barat dan NATO mengecam keras tindakan Putin dan mengumumkan sanksi lebih lanjut. 

Menurut Joe Biden, Rusia dengan sengaja (vorsätzlich) menyatakan perang melawan Ukraina dimulai setelah pernyataanya.

Keterangan lebih lanjut yang patut diperhatikan juga bahwa Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menyatakan bahwa Rusia telah memulai invasi besar-besaran. 

Tandasnya, "Putin hat gerade eine große Invasion der Ukraine gestartet. Friedliche ukrainische Städte werden attackiert. Das ist ein Angriffskrieg" atau "Putin baru saja meluncurkan invasi besar ke Ukraina. Kota-kota Ukraina yang damai sedang diserang. Ini adalah serangan agresi."

Sebagai tanggapan atas agresi militer di Donbass, Ukraina menutup seluruh wilayah udaranya, televisi publik melaporkan Kamis pagi dan banyak media asing lainnya menyiarkan hal itu. 

Ilustrasi tentang perang, kutukan untuk Rusia dan doa damai | Dokumen diambil dari: fr.de
Ilustrasi tentang perang, kutukan untuk Rusia dan doa damai | Dokumen diambil dari: fr.de

Tercatat bahwa hari ini (Kamis, 24/02/2022) adalah perjumpaan langsung pertama kalinya antara tentara Rusia dan Ukraina setelah seperti musuh dalam selimut berlangsung delapan tahun.

Wilayah Merdeka, tetapi Diserang

Secara tegas daerah konflik itu dinyatakan sebagai wilayah merdeka secara terang-terangan oleh Putin pada Senin, 21 Februari 2022 dan karena itu Putin mengerahkan kekuatan militer ke Donetsk dan Luhansk di Ukraina timur. 

Penjagaan wilayah separatis dengan jumlah pasukan Rusia sebesar 150.000 tentara di daerah perbatasan.

Sebagai akibat dari pengerahan pasukan ke daerah Donetsk dan Luhansk di Ukraina timur, maka Putin dituduh oleh banyak media Barat bahwa telah melanggar hukum internasional. 

Tidak kalah kerasnya tuntutan dari Presiden As, Joe Biden bahwa Rusia sendiri harus bertanggung jawab atas kematian dan penderitaan manusia. 

Tidak hanya itu, AS dan sekutunya akan dengan tegas "meminta pertanggungjawaban Rusia" untuk agresi militer itu.

Kutukan dan reaksi yang tidak kalah pentingnya adalah dari pihak Jerman bahwa agresi militer Rusia akan memiliki harga yang belum pernah terjadi sebelumnya secara politik, ekonomi dan moral, tegas Duta Besar Jerman untuk PBB Antje Leendertz pada pertemuan darurat jangka pendek Dewan Keamanan PBB di New York pada Rabu malam.

Peringatan NATO

Kutukan keras terhadap agresi militer Rusia datang juga dari Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg. Katanya, serangan militer Rusia itu adalah serangan sembrono yang tidak beralasan. 

Hal ini karena melalui serangan itu Rusia telah menempatkan kehidupan warga sipil yang tak terhitung jumlahnya ke dalam bahaya, padahal Nato sendiri sudah berkali-kali memberikan peringatan berkali melalui upaya diplomatik. 

Kenyataan telah membuktikan bahwa Rusia telah memilih jalan agresi militer terhadap Ukraina, sebuah negara merdeka dan berdaulat.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antnio Guterres mengimbau pihak Moskow agar Presiden Putin selaku Presiden Rusia, atas nama kemanusiaan segera menarik kembali pasukan militernya ke Rusia.

Gedung Putih dan Doa Bersama

Perhatian yang tidak kalah menariknya bahwa Joe Biden akan terus memantau situasi di Gedung Putih sepanjang malam dan akan diberi pengarahan oleh Tim keamanannya. 

Prediksi yang bisa saja datang adalah bahwa Joe Biden akan mengumumkan tindakan lebih lanjut Amerika Serikat dan sekutunya terhadap Rusia atas agresi militer yang tidak benar itu terhadap Ukraina.

Joe Biden mengumumkan juga bahwa malam ini akan ada doa bersama mohon perdamaian dan doa damai bersama orang-orang Ukraina.

Satu hal yang pasti bahwa dampak dari agresi militer Rusia adalah kematian dan penderitaan yang dahsyat dan oleh karena itu Putin harus mempertanggungjawabkan itu semua kepada dunia.

Reaksi lebih lanjut datang dari Prancis yang menuduh Rusia ingin memaksakan perang di Ukraina. Prancis juga mengutuk keras strategi provokasi perang Presiden Rusia, Putin, sebagaimana disampaikan oleh Duta Besar Prancis untuk PBB, Nicolas de Riviere.

China Mengharapkan Solusi Diplomatik

Badan Negara Rusia Tass menerbitkan surat-surat dari kepala Republik Rakyat China yang meminta bantuan Rusia untuk menghindari korban di antara penduduk yang damai dan bencana kemanusiaan di wilayah tersebut. 

Pada saat yang sama, mereka berterima kasih kepada Putin karena mengakui mereka sebagai negara merdeka. 

Duta Besar China untuk PBB, Zhang menaruh harapan bahwa China pintu solusi damai untuk masalah Ukraina belum sepenuhnya tertutup.

Demikian beberapa catatan yang dirangkum dari beberapa sumber berita Jerman tentang situasi terakhir krisis Ukraina dan Rusia. 

Pada prinsipnya berita dan siaran terkait sangat masif saat ini dengan harapan bahwa pintu perdamaian dan penarikan kembali pasukan militer Rusia akan segera dilakukan. 

Lebih dari sekedar informasi tentang situasi itu dan kutukan para pemimpin negara, tulisan ini juga merupakan suatu ajakan dan undangan untuk mendoakan perdamaian di Ukraina. Semoga damai segara datang.

------- 

Sumber rujukan: tageschau.de 

Salam berbagi, ino, 25.02.2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun