Berita tentang negeri ini kekurangan minyak goreng semakin marak. Sementara itu dapur rakyat Indonesia umumnya tidak bisa menjadi dapur ekonomi sejahtera tanpa kehadiran minyak goreng.
Bagaimana kita bisa bicara tentang ikan goreng, tempe goreng, tahu goreng dan lain sebagainya yang bersifat gorengan kalau tanpa ada pasokan minyak goreng. Bukan cuma itu umumnya di pasar tradisional masyarakat Indonesia menghidangkan suatu sajian yang sangat penting tentang peran minyak goreng.
Saya masih ingat sekali di tahun 1992 ketika gempa melanda Flores, Indonesia, pada saat itu, keadaan ekonomi Flores terganggu atau berjalan pincang. Sebagai anak Sekolah Menengah Pertama (SMP), dari latar belakang orang tua petani, saya selalu dimotivasi oleh kakak sepupu yang adalah seorang guru; sebuah motivasi tentang hidup secara hemat dan kreatif.
Kreativitas apa yang pernah saya lakukan pada saat itu? Ada satu kegiatan yang pernah saya lakukan setelah jam sekolah:
Pengalaman pribadi mengolah kelapa menjadi minyak kelapa
Kelapa di wilayah kecamatan Nangapanda, Ende-Flores memiliki buah yang cukup besar. Pada masa itu umumnya 4 buah kelapa sudah bisa menghasilkan 1 liter minyak kelapa.Â
Cara mengolah kelapa menjadi minyak ini merupakan pilihan yang tepat oleh karena beberapa keuntungannya antara lain, harga menjadi lebih mahal ketimbang kalau dijual per buah.Â
Pada masa itu 4 buah kelapa sama dengan 400 rupiah. Kalau sudah diubah menjadi minyak goreng, maka harganya menjadi 2000 rupiah per liter. Harga itu di tahun 1992--1993.
Belum lagi ada keuntungan lainnya seperti ampas kelapa bisa dijadikan makanan ternak, tempurung kelapa bisa untuk arang setrika dan juga sebagai bahan bakar menggantikan minyak tanah.
Tentu ada hak unik lainnya yang bisa diperoleh ketika orang menggunakan cara tradisional memasak minyak kelapa, yakni bahwa orang akan memperoleh sisa ampas minyak yang sudah diperas menjadi minyak. Sisa perasan itu sangat enak dimakan dengan nasi.
Beberapa orang yang kreatif bisa diolah lagi menjadi semacam sambal dari sisa perasan minyak kelapa itu. Pokoknya nyata deh, banyak fungsi dan gunanya saat orang secara kreatif mengolah kelapa secara tradisional.
Proses pengolahan kelapa menjadi minyak goreng
Proses pengolahan kelapa menjadi minyak goreng tentu juga sangat mudah; kelapa dikupas, lalu dipecahkan buahnya, isinya dicungkil, kemudian diparut secara manual atau dengan menggunakan mesin penggiling kelapa hingga halus. Selanjutnya hasil gilingan itu diperas hingga terlihat santan kelapa.Â
Dari santan kelapa itulah, dimasak sampai terlihat memerah dan terlihat warna minyaknya, kemudian diperas lagi. Sebenarnya dibutuhkan waktu sekitar 2 jam, orang sudah bisa menikmati beragam fungsinya.
Nah, jangan lupa ya bahwa minyak kelapa itu merupakan minyak yang sangat harum. Ya, bagi saya sih bisa dibilang minyak kelapa itu selalu bikin kepo tetangga. Kalau kita goreng ikan dengan menggunakan minyak kelapa, tetangga bisa merasakan aromanya yang lezat dan menggoda selera.
Sangat disayangkan kalau cuma merasakan aromanya, lalu tidak bisa menikmatinya. Nah, dari situlah di tempatku kebanyakan orang menggunakan minyak kelapa, bukan sebagai ajang adu balapan aroma, tetapi memang dari segi cita rasa lebih gimana gitu. Apalagi kalau dipakai untuk menggoreng ikan dan tomat.
Pokoknya aroma dan rasanya tidak terkalahkan, hingga mengikat pengguna untuk tidak memilih yang lainnya selain minyak kelapa sebagai minyak goreng keluarga.
Daratan Flores merupakan daerah penghasil kopra, tetapi bukan penghasil minyak kelapa
Flores adalah pulau kecil yang terletak di wilayah Indonesia timur dengan kekayaan hutan dan alam yang tidak kalah penting dan menariknya. Selain isi hutan Flores yang merupakan tempat tumbuh hutan, tanah Flores juga merupakan tempat tumbuhnya hutan kelapa.
Daerah di pesisir seperti kabupaten Sikka, Larantuka, Ende, Bajawa khususnya di daerah Aimere sampai ke Borong, Riung dan beberapa daerah lainnya merupakan daerah penghasil kelapa yang paling banyak. Cuma sampai dengan saat ini semua penghasilan itu tidak bergema oleh karena buah kelapa tidak dipakai dan diolah di Flores, tetapi di bawah ke Jawa dan kota-kota di luar Flores.
Kelapa yang dihasilkan selalu dalam jumlah besar, cuma dalam bentuk kopra. Ya, kopra adalah jenis isi kelapa yang sudah diproses hingga kering dan dijual. Pada tahun 1980an hampir di semua kabupaten di Flores punya Koperasi Unit Desa (KUD) dengan prioritas targetnya adalah menerima kopra dari masyarakat.
Di Kabupaten Ende, khususnya di Nangapanda, bangunan KUD masih ada sampai sekarang, cuma fungsi sudah berbeda atau bisa dikatakan gema dari KUD sudah tidak terasa seperti dulu lagi.
Saya masih sempat melihat jemuran kopra di halaman muka dan belakang KUD yang begitu banyak. Kopra dari wilayah Nangapanda saja hampir mencapai ratusan ton.
Gambaran ini tidak lain hanya mau mengatakan bahwa tanah Flores sebenarnya punya potensi besar sekali untuk menghasilkan kopra. Ya, termasuk di dalamnya jika masyarakat lebih kreatif, maka tanah Flores bisa menjadi lahan produktif yang menghasilkan minyak goreng.
Meskipun demikian ada pula alasan lain, mengapa orang Flores umumnya dan beberapa suku di sana membutuhkan minyak kelapa sebagai minyak goreng.Â
Minyak kelapa itu sangat dibutuhkan dalam proses pembuatan kue adat "Filu"
Dalam konteks adat Ende, saya mengalami bahwa minyak kelapa sangat dibutuhkan untuk dipakai sebagai sarana minyak goreng dalam proses pembuatan kue adat filu. Filu adalah salah satu kue adat Flores yang umumnya digoreng dengan menggunakan minyak kelapa.
Aroma dan rasa kue adat filu yang digoreng dengan minyak kelapa terasa lebih renyah dan harum, ketimbang dengan menggunakan minyak lainnya yang dibeli dari pasar modern.
Itulah alasannya mengapa masyarakat Ende khususnya tetap menggunakan minyak kelapa sebagai bahan makanan dan juga sebagai bahan dasar penting dalam urusan adat mereka.Â
Pohon kelapa adalah simbol dari keramahan lingkungan dan persaudaraan
Beberapa daerah pantai di Flores umumnya ditanam pohon kelapa. Oleh karena itu, tidak heran pantai yang tumbuh pohon kelapa terlihat lebih hijau dan indah.
Keindahan pantai Flores utara misalnya didukung juga oleh pohon-pohon kelapa yang tidak hanya menjadi penopang ekonomi masyarakat, tetapi juga simbol dari keindahan lingkungan alam yang indah dan ramah.
Satu hal yang menarik juga bahwa di wilayah Ende ada juga suatu perjanjian yang sudah sangat tua, tentang siapa saja yang boleh memanjat kelapa dalam perjalanan tanpa memberi tahu tuannya. Perjanjian itu berlaku untuk masyarakat wilayah kota Ende ke arah barat dan masyarakat di wilayah pegunungan.
Persyaratannya adalah orang hanya boleh memanjat kelapa dan mengambil buahnya untuk dimakan dan tidak untuk membawa pulang. Demikian juga berlaku prinsip yang sama bagi orang-orang yang mendiami pesisir pantai, jika bepergian ke arah gunung dan lapar, maka mereka boleh memanjat kelapa untuk minum dan makan buah kelapa, tanpa perlu memberi tahu tuannya.
Perlu dukungan pemerintah untuk membudidayakan minyak kelapa sebagai minyak goreng
Semestinya cerita tentang kekurangan minyak goreng itu tidak akan terjadi, jika pemerintah mendukung usaha masyarakat. Pemerintah perlu menggerakan masyarakat untuk rajin menanam kelapa dan mengubah kelapa dalam konteks Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Tentu bukan hanya soal menanam kelapa, tetapi masyarakat perlu dibimbing melalui penyuluhan kelompok-kelompok tani yang bisa membudidayakan kelapa itu tidak hanya sebagai kopra, tetapi lebih-lebih menjadi minyak kelapa.
Dukungan praktis pemerintah yang sangat diharapkan oleh masyarakat adalah terkait dengan penentuan harga pasar minyak kelapa. Minyak kelapa sejauh memang sehat untuk dikonsumsi masyarakat, maka perlu diatur melalui keputusan pemerintah daerah yang berpihak pada usaha para petani.
Keberpihakan kebijakan pemerintah itu sangat menentukan gairah masyarakat untuk fokus mengolah kelapa hingga menjadi minyak kelapa. Tanpa ada standar harga yang menguntungkan, maka gairah petani tidak bisa diharapkan.
Oleh karena itu, kebijakan pemerintah dalam kaitan dengan penentuan harga minyak kelapa tidak bisa dikendalikan oleh pembeli liar di pasar-pasar tradisional, tetapi lebih merata dan menjanjikan para pengusaha kelapa.
Barangkali penting bahwa perlu diteliti lagi, apakah benar minyak kelapa itu sehat dipakai sebagai minyak goreng untuk dikonsumsi? Hanya dengan dukungan dan kerjasama pemerintah, maka UMKM masyarakat akan bisa berkembang.
Lemahnya kebijakan pemerintah itu berdampak pada pengalihan fungsi pohon kelapa
Di banyak tempat di Flores sangat jelas menunjukan fenomena pengalihan fungsi itu, kelapa yang sudah tumbuh besar dan pernah dinikmati hasilnya, banyak yang ditebang oleh pemiliknya hanya untuk memperoleh kayu dari batang kelapa.
Perhitungan dan pertimbangan itu diambil oleh karena keputusasaan setelah melihat kenyataan harga kopra dan minyak kelapa yang rendah atau bahkan murah di pasar tradisional. Akan tetapi, sebagian orang tetap saja merawat pohon kelapa tanpa mengurusnya dengan maksimal.
Kelapa sudah pasti merupakan jenis tanaman produktif yang bisa punya multi fungsi. Di Flores tanaman kelapa bisa dipakai untuk banyak hal mulai dari daun sampai ke batangnya.
Daun kelapa bisa dijadikan sebagai bahan atap rumah (dulu) sampai sekitar tahun 1980an. Sedangkan daun yang masih muda atau pucuknya bisa dijadikan bahan anyaman ketupat. Bagian dari pucuk yang paling muda adalah bagian yang paling enak dimakan.
Batangnya sudah pasti menjadi bahan kayu untuk dipakai sebagai bahan bangunan rumah. Sedangkan fungsi-fungsi lainnya sudah pasti bisa menghemat minyak tanah karena arang tempurung kelapa sangat efektif untuk membakar ikan dan daging lainnya.Â
Sedangkan bagian isi kelapa bisa dipakai dengan banyak cara, bisa dijadikan bahan minuman, dan tentu dari santan mentah dipakai untuk kebutuhan masakan dan gorengan dari minyak kelapa.
Sampai dengan saat ini, sebenarnya masih saja terjadi perbedaan harga antara bahan kopra dan minyak kelapa. Dalam suatu kesempatan wawancara dengan seorang petani kelapa, ia menjelaskan tentang perbedaan harga ini.Â
Pada prinsipnya jika orang punya 20 buah kelapa bisa memperoleh 2 kg minyak kelapa, tentu dengan harga sekitar 30.000 saat ini. Sedangkan dari sisi yang lain bahwa dari usaha mengolah kelapa menjadi minyak itu ada peluang lain seperti menjual ampas kelapa itu sendiri dengan harga 10.000 per kilogram.
Dalam 20 buah kelapa, sudah bisa diperkirakan sekitar 8 kg ampasnya. Jadi harga dari 20 buah kelapa sebenarnya sudah menjadi 110.000 rupiah. Nah, berbanding terbalik kalau dijual sebagai kopra, 20 buah kelapa mungkin hanya 5-6 kg saja dengan kisaran harga 15.000 - 20.000 rupiah. Belum lagi proses menjadi kopra itu sangat membutuhkan waktu; kelapa harus dibelah, lalu dijemur beberapa hari, sampai benar menjadi kering, selanjutnya dikecilkan dan baru bisa dijual.
Dari kenyataan ini, sebenarnya lebih menguntungkan petani kelapa, jika mengolah kelapa menjadi minyak goreng, ketimbang menjual kopra. Logikanya jelas, orang membutuhkan waktu sedikit, tetapi keuntungan ganda dan berapa kali lipat dari menjual kopra.
Kalau memang minyak kelapa itu bagus dan berkualitas untuk kesehatan manusia, mengapa pemerintah tidak mendukung UMKM masyarakat? Negeri ini tidak akan kekurangan minyak goreng, jika benar-benar efektif mau mengolahnya secara lebih serius lagi.
Demikian beberapa ulasan terkait pohon kelapa yang pernah ada dalam sejarah perjuangan pribadi untuk bangkit dari krisis tahun 1992 dan juga kenyataan-kenyataan lain yang menunjukkan bahwa pohon kelapa adalah pohon yang penting dan banyak kegunaannya baik dalam konteks kehidupan sehari-hari masyarakat Flores, maupun dalam konteks urusan adat mereka.Â
Tidak hanya itu potensi pengolahan kelapa menjadi minyak goreng sudah pasti bisa menaikan tingkat pendapatan, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Salam berbagi, ino, 24,02.2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H