Orang-orang tua dulu punya cerita bahwa pondok-pondok orang dulu lebih sering menggunakan dinding kulit pohon Sukun. Kata mereka, kulit pohon sukun itu anti peluru.Â
Entah benar apa tidak, saya tidak bisa membuktikan tentang hal itu. Namun, hal yang pasti bahwa ketika kulit pohon sukun itu benar-benar kering, dipotong dengan parang yang tajam pun seperti cuma terluka sedikit. Bahkan jenis senjata tradisional seperti panah dan sumpit pun tidak bisa menembus kulit pohon sukun.
Oleh perkembangan dan kemajuan saat ini, orang tidak lagi menggunakan lapisan kulit pohon sukun itu sebagai bahan dinding rumah mereka. Padahal dari dinding kulit pohon sukun, orang bisa mengukir gambar tertentu dengan lebih mudah, bahkan kulit pohon sukun sudah pasti tahan ngengat.
3. Kulit pohon sukun sebagai bahan pengikat
Selain kulit pohon sukun yang dipakai untuk dinding rumah, masyarakat asli di sana menggunakan juga kulit batang muda pohon sukun yang masih kecil itu sebagai bahan tali anyam. Caranya sederhana, setelah dikuliti, orang mesti merendamkannya di air sampai benar-benar terasa lunak.
Dari kulit pohon sukun muda itulah, orang membuat kreasi tali anyaman untuk gantang pikulan mereka.Â
Bertahun-tahun lho tahan lama. Sebetulnya orang tidak perlu membeli tali Nilon, jika masih cukup rajin membuat tali dari bahan kulit pohon sukun.
Umumnya ibu-ibu suka menganyam tali dari kulit sukun dengan bentuk anyaman silang tiga. Ya, pokoknya ada nilai seninya juga yang bisa di kreasi dari bahan kulit pohon sukun itu.
4. Daun sukun sebagai payung bagi anak-anak sekolah
Cerita ini adalah cerita kekunoan Flores di tahun 1980-1990 yang tidak pernah ditemukan dalam cerita kekinian. Saya adalah juga saksi kekunoan itu.Â