Tantangan yang sedang dihadapi itulah yang mestinya dituangkan dalam tulisan. Ya, pergulatan pikiran dan hati terkait tema itu yang mesti ditulis.Â
Menjadi begitu sulit kalau orang sudah berpikir bahwa apa yang dipikirkannya tidak pantas untuk dibagikan kepada orang lain, bahkan apa yang sedang dihadapinya dianggapnya "ah bukanlah hal yang penting."
Artinya cara pandang negatif tentang diri sendiri juga menjadi sebab mengapa orang sulit sekali menulis tema yang bukan tema kesukaannya.Â
Ini bukan soal seberapa besar orang fokus pada bidangnya saja, tetapi bagaimana sebutan seorang penulis selalu lebih dahulu dari sebutan bidang ahlinya.
2. Yang sulit itu akan menyedot konsentrasi yang tinggi
Hubungan tentang tema yang sulit itu memang sangat pribadi. Tema yang saya anggap sulit, belum tentu dianggap sulit oleh orang lain, bahkan bisa jadi sebaliknya, dianggap sangat menarik dan mudah baginya.
Pengalaman pribadi tentunya mengatakan hal ini, bahwa menulis tema yang dianggap sulit itu akan menyedot konsentrasi yang tinggi. Hal ini akan berdampak bahwa tulisan itu tidak akan mengalir begitu saja.
Orang mesti mikir kembali, jangan-jangan belum pas atau belum terlalu bagus formulasi dan lain sebagainya. Nah, bisa saja dari cara ini akan menghasilkan satu tulisan yang padat dan berisi, ketimbang karena menguasai tema, lalu akhirnya mengalir begitu saja, tanpa banyak memerhatikan isi dan pesannya.
Oleh karena itu, hal yang penting dilakukan adalah mengambil waktu untuk pause sejenak, lalu berusaha membaca kembali dengan tenang dari awal sampai akhir.
Jadi menyedot konsentrasi yang tinggi itu bukan negatif lho, tapi justru positif untuk meningkatkan kesadaran yang maksimal pada waktu menulis. Tentu, pengalaman para penulis berbeda-beda sih.
3. Kepuasan batin yang baru