Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Misteri Kata "Jatah" dan Hari Anti Korupsi 2021

10 Desember 2021   08:26 Diperbarui: 10 Desember 2021   08:35 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa terjadi demikian? Kata mereka sangat lembut, "Nanti kami tidak dapat jatahnya." Hahaha logika masyarakat pendukung korupsi seperti itu.

Bahkan ada lagi yang pegawai negeri sipil mengatakan seperti ini: Urusan pemerintah itu beda dengan urusan agama, urusan pemerintah itu jangan lurus-lurus, ya maksudnya nggak boleh jujur alias boleh lah korupsi itu."

Coba bayangkan isi otaknya penuh nafsu korupsi.  Bagaimana sistem korupsi itu bisa lenyap kalau sebagian besar penduduk dan pegawai negeri sipil juga melihat korupsi itu baik?

Jaringan korupsi itu bisa saja seperti penyakit kanker yang menggerogoti tubuh bangsa ini, hingga suatu waktu akan mati dan tidak berdaya. 

Mengapa sebagian orang punya pikiran konyol seperti membiarkan korupsi dan mengambil untung dari tindakan korupsi sebagian orang. Ada beberapa alasan:

  1. Bisa karena gaji untuk hidup keluarga mereka terlalu kecil
  2. Bisa juga karena kebutuhan hidup terlalu besar dan lebih besar dari pendapatan atau "besar pasak daripada tiang."
  3. Bisa juga karena kualitas pendidikan dan kualitas hati nurani
  4. Bisa juga sebagai indikasi tentang hancurnya budaya dan rasa malu
  5. Bisa karena aplikasi ajaran agama yang tidak diterima ke lingkup kehidupan praktis

Tema tentang korupsi paling tidak suka dibicarakan di masyarakat yang umumnya terlibat dalam tindakan korupsi. Semakin orang tidak suka membicarakan itu, sangat mungkin bahwa tema itu berkaitan dengan kenyataan hidupnya.

Sebuah penelitian kecil yang pernah saya lakukan adalah memposting tulisan "mari lawan korupsi" pada dinding facebook saya, yang nyata terlihat adalah cuma tujuh orang pada saat itu. 

Nah berbanding terbalik, ketika saya memotret daun kering di jalanan dan memposting di  facebook di sana terlihat ada begitu banyak yang like. 

Tidak memberi tanda like bukan berarti mereka tidak suka, tetapi sebaliknya mereka suka kalau soal korupsi itu tidak perlu dibicarakan, karena kalau kita terus bicara, maka uang "jatah" nanti akan hilang.

Mental korup itu sendiri sebenarnya sudah terlanjur akrab pada kehidupan sebagian besar orang, sehingga tidak heran kebanyakan orang berpikir bahwa dalam semua hal akan berjalan lancar jika ada jatahnya. 

Tidak heran, ditemukan banyak sekali proyek-proyek mangkrak di desa-desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun