Keunikan nama itu bagi saya tetap merupakan misteri. Dari segi cangkang yang bundar dan bergerigi terlihat benar-benar mirip dengan daun Kaka watu. Entahkah karena kemiripan itu, sehingga orang memberi namanya Kaka?Â
Selain kemiripan nama, ternyata juga ada kemiripan bentuk. Bundaran bergerigi dengan satu sisi yang yang melengkung ke dalam menghasilkan satu bentuk unik dari satu jenis tumbuhan dan satu jenis hewan dengan nama yang sama. Bahkan keduanya hidup dekat dengan batu (watu).Â
Kaka sejenis kepiting itu sering bersembunyi dibalik cadas, sedangkan tumbuhan Kaka watu hidupnya pasti di atas batu cadas.Â
Teringat masa kecil memasak Kaka, kepiting, udang dari kali dalam sepotong bambu dengan bumbu khas Kaka watu. Duh aromanya sungguh menggoda rasa.
Menariknya, paduan enak masakan seperti itu bukan dengan nasi, tetapi dengan ubi rebus dan juga lawar daun paku. Pokoknya terasa sekali indahnya hidup saat itu.Â
Ya, suasana indah yang dirasakan ketika bisa makan bersama teman-teman di sungai dari racikan bumbu-bumbu alam yang unik.
Ada beberapa pelajaran kehidupan yang bisa dilihat dari kenyataan Kaka watu:
- Hidup itu membutuhkan kewaspadaan. Kewaspadaan dalam menerima sesuatu yang tanpa punya banyak jerih payah dan lelah.
- Kelezatan makanan itu ternyata bisa juga dihasilkan dari racikan alam atau tanpa bumbu-bumbu kimia.
- Manusia perlu menyadari kembali hubungan antara kesehatan tubuh dengan bumbu-bumbu makanan tanpa kimia.
- Bentuk "hati" merupakan titipan simbol tentang mencintai alam dan lingkungan, mencintai kehidupan dan mencintai ciptaan.
- Bisa saja cerita Kaka watu ini adalah spirit tentang kehidupan, sekalipun hidup ini terasa seperti di atas cadas yang kering, tetapi jika orang punya hati yang berlimpah cinta, maka ia akan tetap hidup dan berguna bagi yang lainnya.
Demikian ulasan kecil tentang tumbuhan Kaka watu yang adalah juga bumbu masakan bagi orang-orang kampung di pedalaman kota Ende, secara khusus bumbu masakan bagi masyarakat suku Paumere.Â
Melalui tulisan ini, saya berharap agar warga masyarakat semakin mencintai kekhasan daerahnya bukan saja dalam hal bumbu-bumbu alam, tetapi juga dalam semua hal.
Salam berbagi, ino, 21.11.2021.