Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sahabat Nuri Hijau, Kapan Engkau Kembali?

13 November 2021   12:42 Diperbarui: 13 November 2021   12:46 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pikir saya waktu itu, saya biarkan Nuri ku terbang dan menjemput teman-teman lainnya dan datang lagi semakin banyak masuk ke kandangnya.

Ketika mendengar siulan beberapa Nuri lainnya dari atas pohon kenari yang tinggi itu, Nuri dari genggaman tanganku terbang begitu jauh sampai saya sendiri tidak bisa lagi melihat di mana dia berada.

Dari suaranya saya tahu bahwa itu Nuri kesayanganku. Tiba-tiba ia terbang kembali dan tampak seperti disambut Nuri-Nuri lainya. Ia pun terbang mengikuti nuri lainnya dan sempat bertengger di atas pohon kenari.

Jantungku benar-benar berdebar saat itu. Entahkah dia bisa kembali sambil membawa teman-temannya untuk menemuiku? Saya percaya bahwa dia akan kembali menjumpaiku.

Setengah jam cuma terdengar suara dari ketinggian pohon kenari yang tidak terjangkau. Saya akhirnya meniru-niru suara Nuri itu dengan harapan kecil pada waktu itu biar dia segera kembali.

Siulanku seakan membawa pesan, "segeralah kembali, karena aku tidak sanggup menunggu terlalu lama. Aku menunggumu dengan begitu dihimpit resah dan gelisah. Kembalilah sayang." 

Saya mencoba berdiri di ketinggian di atas batu sambil memegang sebatang jagung muda dan meniru sekali lagi suara Nuri kesayanganku itu. Wow apa yang terjadi, terlihat terbang seekor Nuri terlepas dari rombongan 5 ekor lainnya semakin mendekatiku. Saya pun segera merentangkan tangan dan ia pun bertengger pada tanganku.

Oh my God, aku kembali bisa mengelusnya dengan penuh rindu dan sayang. Sorak cerita dan riang hati saya tidak terbendung saat itu. Nuri itu kembali saya masukan ke dalam kandangnya. Selanjutnya, kandangnya saya bungkus dengan bajuku yang berwarna hijau. 

Pada saat sore menjelang malam, Nuri saya tinggalkan di pondok di kebun sendirian. Malam itu suasana rumah kami berlimpah dengan cerita sukacita tentang pergi dan datangnya nuri. Nuri yang cerdas, Nuri yang bisa mengerti rasa hati dan kasih sayangku waktu itu.

Pagi-pagi keesok harinya, saya begitu gelisah sambil terus memaksa ibuku agar segera pergi ke kebun. Saya benar-benar sudah tidak sabar dan tidak sanggup menahan rindu berjumpa Nuri kesayanganku. 

Kami pun pergi ke kebun yang jaraknya cuma satu kilometer dari rumah. Dari jarak 300 meter saya coba menyapanya dengan siulan-siulan khas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun