Bahkan orang perlu berusaha mentransfer apa yang bisa dikatakan kepada temannya, itulah yang mesti ditulisnya.
Nah, kesederhanaan menyampaikan pesan bagi kebanyakan orang kadang-kadang diukur dengan takaran sebagai yang kualitas rendah. Padahal justru sebaliknya, perjuangan terberat penulis adalah supaya bisa menyampaikan pesan dengan sederhana dan langsung dapat dimengerti pembaca.
Pesan yang langsung bisa dimengerti tidak selamanya harus dirumuskan dengan bahasa yang tinggi dan penuh istilah asing.Â
Ya, sekali lagi tujuan tertinggi adalah pesan yang mau disampaikan itu bisa dimengerti dan bukan supaya meraih kekaguman pembaca karena istilah-istilah yang ada di sana.
Sekali lagi konteks tulisan ini untuk penulis pemula yang tidak percaya diri.Â
Semakin sering seseorang menulis, maka semakin peka seseorang dalam banyak hal seperti penggunaan kata, istilah, kalimat, pesan dan pasti akan menemukan gaya khas tulisannya.
5. Buka diri supaya siap dikoreksi
Bagian ini tentu berkaitan dengan pengalaman pribadi saya sendiri. Saya semakin percaya diri bukan karena berpengalaman dalam menulis, tetapi lebih karena melihat penulis buku yang begitu rendah hati.
Saya masih ingat suatu saat saya berkenalan dengan seorang penulis buku tentang manajemen. Beliau sering sekali memberikan seminar hampir di 40 negara.Â
Ia adalah seorang Jerman yang pernah kuliah di Universitas Indonesia. Hal menarik darinya adalah setiap kali ia mempersiapkan tulisan untuk bahan seminarnya, ia selalu memberikan tulisannya pada ibunya untuk dikoreksi.
Coba bayangkan seorang penulis buku saja mau dikoreksi, apalagi seorang pemula. Artinya kesalahan-kesalahan kecil itu adalah bagian dari proses yang hampir selalu saja ada pada semua orang.Â