Tak ada yang bisa sepertimu. Engkau satu-satunya Ibrahim, Bapa panutan kami.Â
Engkau bagaikan Ringelblume yang punya daya pikat merasuk mata para peziarah hingga datang semakin mendekatimu.
Idul Adha saat kami kembali mengenang cerita Allah ganti korban bukan Ismail, tapi domba. Suatu pengorbanan karena cinta.
Domba setia yang Engkau sediakan bukan cuma untuk diri sendiri saja, melainkan untuk berbagi dengan yang berkekurangan.Â
Allah cinta, Ibrahim iman dan Ismail pasrah setia dan ikhlas tidak terlupakan saat kami merayakan Idul Adha setiap tahunnya.
Tak peduli krisis dan ketakutan, pembatasan dan jaga jarak; berbagi dengan yang susah dan berkekurangan rasanya mutlak ada.
Idul Adha dari percikan aroma Ringelblume di padang dusun Gross Zimmer Jerman telah menetap dalam bingkai kenangan.
Mekar sebelum, pada dan setelah Idul Adha.
Wahai Ringelblume, apakah hadirmu untuk memberi harapan bagi kami yang tengah saling menjauh dari sesama?
Adakah aromamu mengobarkan gelora cinta kami pada sesama tanpa peduli dari mana dan siapa orangnya?
Ringelblume, katakan sesingkat mungkin jika engkau memang jatuh cinta pada Idul Adha? Dari kesunyian padang Ringelblume terbersit suara sunyi:Â