Ringelblume nama asing dalam tata bahasa ku. Asing namanya, namun suka warna dan ceritanya.
Ia mekar di musim panas. Aku menjumpainya pada hari sebelum saat Idul Adha.
Tak sangka jumpai jutaan kembang di padang dengan senyum merah di tengah hijaunya harapan krisis berakhir segera.
Tak peduli kapan berakhir covid19, yang penting aku tersenyum di musim panas untuk menyambut Idul Adha dan saudara-saudara di Indonesia.
Tersenyum di musim panas, bagaikan menyongsong Idul Adha di tengah krisis covid19. Merah cerah di tengah padang harapan.
Berdiri mekar menghadap angkasa tak kenal keluh lelah.
Tuhan ganti yang terbaik karena iman, bukan Ismail korban tujuan. Ibrahim bapa beriman mekar, merah hingga sekarang.
Jutaan manusia menyebut namamu sambil menengadah ke langit di atas, sujud karena pasrahmu dulu tinggalkan kami cerita hingga kekinian.
Keterbukaan hatimu pada Allah tak beda dengan Ringelblume yang mekar di tengah terik musim panas di Eropa.Â
Pasrah dan menyerahkan putera terbaik  Ismail  jadi korban hingga Allah tidak tega melihat iman yang mekar begitu indah di tengah padang harapanmu saat itu.
Tak ada yang bisa sepertimu. Engkau satu-satunya Ibrahim, Bapa panutan kami.Â
Engkau bagaikan Ringelblume yang punya daya pikat merasuk mata para peziarah hingga datang semakin mendekatimu.
Idul Adha saat kami kembali mengenang cerita Allah ganti korban bukan Ismail, tapi domba. Suatu pengorbanan karena cinta.
Domba setia yang Engkau sediakan bukan cuma untuk diri sendiri saja, melainkan untuk berbagi dengan yang berkekurangan.Â
Allah cinta, Ibrahim iman dan Ismail pasrah setia dan ikhlas tidak terlupakan saat kami merayakan Idul Adha setiap tahunnya.
Tak peduli krisis dan ketakutan, pembatasan dan jaga jarak; berbagi dengan yang susah dan berkekurangan rasanya mutlak ada.
Idul Adha dari percikan aroma Ringelblume di padang dusun Gross Zimmer Jerman telah menetap dalam bingkai kenangan.
Mekar sebelum, pada dan setelah Idul Adha.
Wahai Ringelblume, apakah hadirmu untuk memberi harapan bagi kami yang tengah saling menjauh dari sesama?
Adakah aromamu mengobarkan gelora cinta kami pada sesama tanpa peduli dari mana dan siapa orangnya?
Ringelblume, katakan sesingkat mungkin jika engkau memang jatuh cinta pada Idul Adha? Dari kesunyian padang Ringelblume terbersit suara sunyi:Â
"Idul Adha....aku sayang kamu, karena kamu setia berkorban bagi yang berkekurangan. Aku suka kamu, karena kamu berani berbagi di tengah krisis dan kekurangan seperti saat ini."
Salam cinta dari padang perjumpaan antara Ringelblume dan Idul Adha.
Jangan lupa berbagi meski krisis menerpa, setia dan iman Ibrahim tidak pernah sia-sia. Ibrahim menang, Ismail jaya, kita berbagi tanpa kenal batas.
Salam berbagi, ino, 21.07.2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI