3. Warna biru itu adalah simbol dari kepercayaan (Vertrauen)
Poin tentang hubungan warna biru dengan kepercayaan ini tentu merupakan suatu tanggung jawab. Tanggung jawab moral dan sosial sekaligus perlu ada di sana.
Terkadang saya berpikir untuk apa saya menulis kalau tanpa punya pesan yang menyejukkan dan membuka wawasan pembaca untuk sedikit mengerti tentang kehidupan ini.
Sungguh memalukan, jika tulisan saya yang tidak berisi pesan yang baik dan menyisakan damai pada hati pembaca, apalagi tulisan yang dibaca begitu banyak orang.
Terkadang saya malu memburu pembaca, jika saya menyadari isi tulisan saya biasa-biasa saja. Karena itu, tantangan centang biru yang  saya dapat, sekaligus adalah sebuah tanggung jawab moral dan sosial.
Dasar pertimbangan itulah, maka saya tidak terlalu tertarik untuk memburu uang melalui tulis menulis di kompasiana. Bagi saya yang terpenting saya bisa menyalurkan gagasan dan berbagi kepada siapa saja.
Saya hanya percaya bahwa karya yang baik pasti akan mendapatkan berkat dari Tuhan. Yang bisa saya berikan kepada siapa saja atau pembaca adalah gagasan melalui tulisan-tulisan kecil yang sederhana, tapi bisa saja menginspirasi dan memotivasi.
4. Warna biru itu berisikan pesan tentang produktivitas
Poin tentang hubungan menulis dan produktivitas sangat berkaitan erat dengan tujuan mengapa orang menulis. Dari pengalaman pribadi, ternyata semakin sering menulis, saya semakin merasakan bahwa hidup itu sebenarnya sudah tidak bisa lagi dipisahkan dari menulis.Â
Seakan-akan hidup dalam adagium seperti ini, "Jika saya menulis, maka saya ada." Atau sama seperti guyonan sosial saat covid ini, "Jika kamu tidak beri komentar, maka orang menganggapmu sudah mati."
Jadi, menulis itu sudah menjadi seperti isyarat syukur kepada Tuhan bahwa saya masih hidup dan karena itu, saya perlu berbagi inspirasi dan gagasan-gagasan kepada orang lain.