7. Menulis sejenis kalimat utama dengan makna pesan bijak
8. Menyimpan artikel sekaligus mengambil jarak beberapa jam bahkan beberapa hari
9. Memasuki tahap baca ulang sambil koreksi sedemikian agar tidak ada kesalahan dalam penulisan, atau seminimal mungkin kesalahan.
10. Pengeditan terakhir, menemukan gambar yang cocok, mengisi label dan penayangan
Sepuluh proses inilah yang kurang lebih telah menjadi ritme dari proses menulis artikel sejak saya menemukan bahwa ketenangan itu sangat penting. Â Ya, ketenangan berkaitan dengan tahap-tahap yang harus saya lalui dalam menulis sebuah artikel.
2. Warna biru itu ada hubungannya dengan efek rileks
Menulis itu dalam permenungan pribadi saya, tidak hanya dibutuhkan ketenangan, tetapi juga suasana rileks (entspannend). Rileks itu akan menjadi modal untuk mengeksplorasi gagasan dengan lebih santai dan mudah dimengerti.
Rileks memang merupakan suasana ideal, namun terkadang orang butuhkan juga suasana serius sehingga bisa menulis dengan sungguh-sungguh.
Rileks yang saya pahami dalam konteks menulis adalah rileks dalam gaya penulisan. Rumusan kalimat dan cerita jenaka bisa diselipkan di antara pesan-pesan serius yang mau disampaikan.Â
Memang menjadi rileks dalam menuangkan gagasan itu tidak selalu bisa, kadang sangat bergantung pada tema dan pengalaman. Pengalaman keseharian yang beragam tentu sangat membantu menciptakan kesan teks yang punya bobot pesan tertentu, namun enak dibaca bahkan rileks rasanya.
Tentu hal seperti itu, belum sepenuhnya bisa saya lakukan, ya saya sedang berjuang ke arah itu agar menjadi suatu kebiasaan yang positif.