Lebih terasa lagi, jika pergi tanpa beritahu orang di rumah, maka ruang rasa asing itu sangat besar. Pengalaman seperti itu, mungkin menjadi pengalaman banyak orang di mana saja.
Bagaimana cara agar bisa keluar dari rasa asing seperti itu? Cara paling mudah adalah dengan terus terang bercerita tentang apa yang terjadi, tentang tujuan, bertemu siapa, makan apa dan di mana dan semua pengalaman hari itu. Ya, terbuka untuk berbagi pengalaman itu saja caranya.
Menarik tentunya, bahwa orang Jerman punya kebiasaan untuk berbagi cerita setelah bepergian. Namun, di sisi lain, kebiasaan itu terkadang menjadi sumber rasa asing.
Pertanyaan seperti, wo warst du? atau tadi kamu di mana? Pertanyaan biasa itu terkadang menyeret orang kepada rasa asing, karena merasa seperti orang lain kepo banget atau ingin saja tahu di mana keberadaan seseorang.
Jadi, kejelasan hidup dan keterbukaan mengatakan sesuatu entah itu tujuan kepergian, maupun jenis kegiatan di luar rumah atau di kampus atau di luar kampus, ternyata sangat penting agar bebas dari rasa asing dalam diri sendiri.
Pada prinsipnya, semakin jujur dan terbuka seseorang, maka semakin jauh dari rasa asing itu. Mungkin teman-teman juga punya pengalaman seperti itu.
Pernah gak ya? Ada pimpinan atau teman kerja yang pergi tanpa beritahu, lalu kembali dengan wajah yang lain, seakan-akan menutup kemungkinan adanya pertanyaan, tadi kamu di mana dan lain sebagainya.
Saya percaya, bahwa hal seperti itu pasti ada hubungannya dengan rasa asing. Atau bisa saja, tiba-tiba tersinggung jika ada pertanyaan sederhana seperti ini, "tadi kamu di mana, ada yang cari kamu."
Rasa asing tidak boleh dianggap sepele, karena kalau tidak diatasi dengan jujur dan terbuka, maka rasa asing itu akan memanipulasi kesadaran seseorang.
5. Rasa asing terjadi karena kurang punya kemampuan bahasa asing
Bagaimanapun juga sebagai orang asing yang belajar bahasa asing pasti pernah mengalami rasa asing. Saya masih ingat dalam suatu acara seminar yang dihadiri oleh wakil 25 universitas di Jerman.