Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Ada 5 Alasan Mengapa Terdapat Rasa Asing dalam Diri Sendiri dan Cara Mengatasinya

31 Mei 2021   18:38 Diperbarui: 3 Juni 2021   14:43 1619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tentang pentingnya kemampuan adaptasi diri dengan budaya dan sesuatu yang lain | Dokumen pribadi oleh Ino

Rasa rindu di satu sisi, tetapi juga terasa ada sesuatu yang aneh ketika tahu bahwa orang lain melihat, bagaimana kami mengungkapkan rasa rindu saat pertama berjumpa setelah setahun.

Cara sederhana agar keluar dari rasa asing seperti itu adalah perhatian tidak boleh hanya diberikan untuk keluarga saja, tetapi perlu diberikan kepada orang lain, ya untuk tetangga dan orang-orang di sekitar kita juga. 

Memberikan salam dan bercerita tentang kerinduan untuk bertemu mereka semua menjadi cara yang mengubah rasa asing jadi rasa dekat dan akrab. Lebih bagus lagi, untuk konteks tertentu, keramahtamahan itu diungkapkan dengan acara menikmati kopi bersama.

Duduk bersama dengan orang-orang terdekat bersama dengan tetangga dalam suatu suasana santai sambil menikmati kopi dan pisang goreng ala kadarnya, namun itu semua ternyata menjadi sarana ampuh untuk mengubah rasa asing.

Jadi, sebenarnya rasa asing itu berkaitan dengan keakraban di satu sisi, tetapi juga berkaitan dengan kepercayaan pada sisi lainnya. Semakin sedikit ruang untuk saling percaya dan menjadi akrab, maka semakin besar ruang untuk rasa asing itu.

3. Rasa asing itu terjadi karena kurang mampu dalam adaptasi budaya

Terdengar ucapan ini, "saudara saudari sendiri juga pelukan?" Nah, rupanya rasa asing itu juga terjadi karena perbedaan kebiasaan sehari-hari. Di Jerman, jangankan saudara-saudari kandung, teman-teman yang sudah kenal, mereka merasa nyaman jika ada salam ala mereka, yang dalam ucapan Indonesia, cipiki cipika. 

Budaya cipiki cipika, itu rupanya lebih akrab dengan budaya modern atau sekurang-kurangnya sudah menjadi kebiasaan orang-orang yang hidup di kota-kota besar.

Tentu, hal seperti itu belum menjadi kebiasaan umum. Apalagi untuk konteks masyarakat yang masih kuat dipengaruhi oleh adat istiadat yang masih kental dengan ranah kehidupan tradisional.

Ini pengalaman yang menjadikan saya pernah merasa asing di tempat lahirku sendiri. Oleh karena begitu senangnya, saya lupa mengadaptasikan diri dengan budaya di daerah saya yang hanya menyalami dengan berjabatan tangan dan bukan cipiki cipika.

Sebaliknya juga, ketika kembali ke Jerman, terasa hal yang sama. Oleh karena terpengaruh budaya sendiri yang tradisional, maka rasa asing itu muncul lagi. Indah juga sih bahwa ada dinamika karena perbedaan budaya dan adat istiadat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun