2. Alternatif jalan putus
Entahlah kenapa pada usia 25 pikiran ada-ada saja. Tidak hanya jalan lurus, tetapi ada juga jalan putus. Jalan putus itu berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan kalau putus di tengah jalan, apa yang harus dilakukan atau bagaimana selanjutnya.
Putus di tengah jalan karena tidak bisa memenuhi seleksi akademis di universitas itu sungguh menakutkan ketika itu. Soalnya, seleksi itu bukan cuma setiap pada akhir tahun, tetap setiap akhir semester.
Tidak cuma itu, seleksi dari universitas dan juga dari kampus masing-masing. Berpikir alternatif pada usia 25 itu terasa lumrah banget. Di depan mata orang pada usia 25 itu tidak ada yang begitu pasti, tetapi semuanya bagaikan teka-teki silang.
Masa depan? Itu penuh tanya dan cuma ada tayangan mimpi dan ilusi yang berputar-putar di otak setiap hari. Hidup itu tidak pernah terpisahkan dari bayangan tentang kemungkinan-kemungkinan, ya tentang jalan lurus dan jalan putus.
3. Alternatif jalan lurus, kemudian menemui jalan putus
Jalan itu penuh misteri, namun kadang nyata dari pengalaman teman-teman. Terlihat jalan lurus, namun kemudian menemui jalan putus. Nah, cerita ini berkaitan dengan kenyataan bahwa ada yang lolos dari seleksi akademis, namun tidak lolos dari seleksi  hidup dalam ranah panggilan khusus.
Itulah yang saya katakan alternatif jalan lurus, namun kemudian menemui jalan putus. Kalau dilihat dari motivasi awal, maka jelas maunya sih jalan lurus itu, tanpa harus menjumpai jalan putus.
Ketakutan tentang segala hal yang terjadi pada teman-teman itu sungguh menjadi bagian dari pergulatan yang tidak terpisahkan dari dialog batin diri sendiri.
Oleh karena motivasi ingin menjadi pelayan umat, maka alternatif ketiga tentu bukanlah alternatif yang terbaik. Meskipun demikian, rasional bahwa orang perlu mempersiapkan diri, jika hal itu terjadi, apa yang harus dilakukan.
4. Alternatif hidup mandiri