Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengalaman Pertama Riset Budaya: Bukan Cuma Teori dan Data, tapi Juga Rasa dan Keyakinan

3 Mei 2021   14:09 Diperbarui: 3 Mei 2021   14:15 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Rasa ingin tahu dan sikap rendah hati mesti dimiliki oleh peneliti. Bukan cuma teori di kepala dan data di lapangan, tetapi tata krama, kedisiplinan, keterbukaan pada temuan baru, anggaran serta rasa dan keyakinan budaya itu sangat memengaruhi kualitas riset budaya."

Kata riset pertama kali dengar yakni dalam kuliah tentang ilmu metodologi penelitian pada tahun 2007. Memang terasa sekali bahwa kata riset  pada tahun 2007 masih terdengar asing, sekurang-kurangnya bagi saya dan beberapa teman yang belum pernah melakukan suatu riset lapangan.

Meskipun terdengar asing, kata riset mampu memberikan aroma rasa khusus terutama dalam dunia ilmu pengetahuan sebagai suatu aktivitas ilmiah dengan poros hubungan antara teori dan data-data lapangan.

Oleh karena rasa asing itu, maka ketika ditawarkan untuk penulisan tesis pada waktu itu, senang juga untuk coba mengakrabkan diri dengan kata riset, tentu dengan segala konsekuensinya.

Pertanyaan yang penting adalah apa saja tantangan, hambatan dan proyeksi ke depan dari sebuah riset di bidang budaya? Dalam ulasan ini, saya lebih fokus pada pengalaman konkret tahun 2007-2008 terkait riset budaya. Ya, suatu pengalaman pertama bergumul dengan riset.

1. Modal teori

Modal teori memang dimiliki dari bekal penjelasan dosen di universitas. Teori yang penting tentu berkaitan dengan bagaimana cara kerja dalam dunia riset. Riset dimengerti sebagai suatu bentuk penelitian lapangan terkait tema-tema yang ada di dalam kehidupan masyarakat atau sosial. 

Entah itu fenomena-fenomena sosial, entah itu budaya dan adat istiadat dan tentu saja ada banyak bidang yang bisa menjadi objek penelitian. Teori lain yang penting adalah berkaitan dengan metode penelitian itu sendiri.

Seorang peneliti awal memang bisa dikatakan benar-benar "anak bawang", artinya masih harus banyak belajar menguasai teori, padahal kenyataan di masyarakat bisa saja sangat berbeda atau sama sekali tidak pas dengan teori yang telah dipelajari.

 Tentu teori bukan sebagai yang satu-satunya penting, tetapi sebagai wawasan dasar yang sangat menolong peneliti untuk mengambil langkah. Teori sangat penting untuk memahami seluk beluk dunia riset umumnya dan sambil berkreasi di lapangan dengan pedoman teori yang dimiliki.

Bagi saya teori itu bagaikan kompas pemandu arah peneliti di lapangan dan juga saat kembali duduk di meja untuk menganalisis data-data, rekaman dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun