Sistem bangunan seperti apakah yang menjamin keamanan penduduk di daerah-daerah seperti itu? Kayanya tidak ada, warga masyarakat dibiarkan saja membangun rumah mereka sesuai pikiran dan kebiasaan konyolnya.Â
Pelajaran berulang bencana di NTT, mestinya sudah bisa membuka mata untuk memikirkan hal yang lain, dengan maksud agar resiko kecelakaan, bahkan kematian itu harus dihindari.Â
Nilai kehidupan jauh lebih penting dari pertimbangan rumah di pinggir jalan itu sebagai sumber rezeki. Kalau sudah tertimbun tanah, ya bagaimana bisa mengharapkan rezeki lagi?
Apa dilema masyarakat NTT terkait bencana banjir?
Saya yakin adalah tidak mudah jika pemerintah menawarkan gagasan-gagasan baru seperti relokasi pemukiman dan juga adanya regulasi untuk penataan pemukiman masyarakat, khususnya di NTT. Mengapa? Ada 2 hal yang bisa menjadi alasan bagi masyarakat untuk mempertimbangkan program relokasi tempat pemukiman:
1. Kampung Adat dan hubungan dengan roh leluhur
Gagasan kampung adat di wilayah NTT masih sangat kuat, tentu sama juga di beberapa provinsi lainnya. Meskipun demikian, saya kira tidak semua wilayah pemukiman masyarakat adalah daerah yang tergolong berbahaya.Â
Seandainya ada, maka perlu dibangun suatu diskusi bersama dengan masyarakat agar perlu ada tindakan-tindakan antisipasi yang memperkecil resiko ketika ada bencana.Â
Saya yakin ada juga konsep masyarakat tradisional yang tidak mau membangun rumah mereka jauh dari makam nenek moyang mereka. Nah, konsep dan gagasan seperti ini perlu didiskusikan dan diberi pencerahan bahwa nilai kehidupan adalah nilai terpenting, sedangkan nilai penghormatan pada leluhur itu tidak harus dengan tinggal bersama atau harus selalu berada dekat dengan pemakaman para leluhur. Makam para leluhur bisa diperbaiki dengan baik, sebagai ungkapan rasa hormat.Â
2. Wawasan tentang topografi wilayah pemukiman
Hal yang tidak mudah dalam urusan relokasi adalah mencari tempat yang aman, yang tidak terlalu jauh dari tempat usaha sehari-hari masyarakat. NTT umumnya adalah wilayah pegunungan dan sebagian besar masyarakat menghuni di wilayah yang rata, tentu dekat laut atau di lereng gunung.Â