Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada 6 Makna Permainan Catur di Kancah Politik dan Dunia Pendidikan

23 Maret 2021   13:34 Diperbarui: 24 Maret 2021   14:30 2728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1. Anak didik tidak harus belajar menghafal. Metode menghafal itu, sebenarnya metode yang membuat daya kreativitas dan berpikir siswa itu beku. 

2. Sejak dini, anak didik perlu dibimbing untuk memiliki kematangan berpikir, meskipun kematangan berpikir itu membutuhkan proses panjang. Mengajak anak didik untuk mulai berpikir mandiri merupakan cara membangun kemandirian dalam semua bidang kehidupan. Mengapa orang bicara tentang sumber daya manusia (SDM)? 

SDM berkaitan erat dengan cara seseorang berpikir secara mandiri dan membuat rencana untuk mengembangkan bakat dan kreativitas ya sendiri yang didukung tentunya oleh program pemerintah. 

Sebaliknya, keterbelakangan SDM itu karena orang terlalu bergantung pada cara berpikir orang lain. Dalam dunia pendidikan ilmiah orang bisa katakan seperti ini "Anak didik atau bahkan mahasiswa hanya dilatih untuk mengutip pendapat para ahli, tanpa mengeksplorasi ide dan gagasan yang diformulasikannya sendiri." 

Dalam hal ini, saya sangat menentang praktik "catur" sewa mengerjakan skripsi mahasiswa. Pemerintah mungkin juga perlu memperhatikan ini. Apa yang bisa diharapkan dari angka sarjana yang begitu banyak, kalau mereka beli ijazah, skripsi buatan orang? Ini bukan sekadar catur biasa, tetapi catur tentang politik dan konteks pendidikan di Indonesia. 

Ya, saya sangat berterima kasih kepada Kompasiana yang telah menawarkan tema ini, sehingga saya pun tergerak untuk mengulas dan merefleksikan tema catur sebagai suatu permainan dan catur pendidikan. 

3. Anak didik atau siapa saja sebenarnya perlu belajar mengasah cara berpikir kritis. Cara berpikir kritis itu berkaitan dengan  kemampuan mempertimbangkan segala sesuatu yang ada di depan mata, ya mempertimbangkan secara tenang, dan tau membedakan mana hal yang baik, mana yang menguntungkan, mana yang bermakna untuk kehidupan, mana yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain. 

Inilah beberapa catatan dari pengalaman pribadi sewaktu SD bermain catur. Apakah anak didik diizinkan bermain catur? Ya, sejauh pengalaman pribadi saya. Matematika menjadi pelajaran kesukaan hanya karena berawal dari belajar bermain catur. Tentu, 6 hal penting di atas bermakna tidak hanya di dunia politik, tetapi juga di dunia pendidikan.

Salam berbagi, Ino, 23.03.2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun