Hubungan catur dengan dunia politik dan pendidikan ini beralasan karena karena sejak sekolah dasar saya mengenal catur dan bermain catur. Saya tidak mengerti suatu waktu, seorang guru saya mengajarkan cara bermain catur.Â
Semakin sering bermain, rasanya semakin suka apalagi kalau sempat mengalahkan sang guru sendiri.
Catur mengajarkan pemainnya suatu kemampuan penting tidak peduli usia seseorang. Dalam hal ini, saya harus katakan bahwa pada usia sekolah dasar pun, saya mulai memahami apa artinya suatu kemandirian berpikir dan merencanakan sendiri.Â
Tentu pelajaran bermain catur telah mengondisikan seseorang untuk itu.Â
3. Belajar menerima kekalahan
Tidak sedikit orang yang susah menerima kekalahan. Indikasinya sederhana, yaitu ketika lawan telah meletakkan strategi penyerangan, lalu menjadi tidak yakin karena ternyata mematikan, maka harus katakan oh maaf dan mengubah ke tempat lain atau mundur seperti peran Luda, sering muncul diskusi setelahnya sebagai sebab dari kekalahan.Â
Katakan, ah kalau seandainya tadi tidak ada kata maaf, maka pasti sudah mampus.
Jadi, seseorang masih mencari pembenaran diri, meskipun nyata rajanya telah tewas. Protes dan demonstrasi sebetulnya berkaitan dengan keadaan ini: apakah orang bisa menerima kekalahannya, atau mulai membangun strategi untuk bermain catur di luar papan catur.Â
Tentu tidak mudah untuk sampai kemampuan bahwa kekalahannya itu diakui, diterima bahwa lawan punya strategi yang akurat dan pertimbangan yang bijaksana.Â
4. Belajar mengambil keputusan
Cara orang mengambil keputusan selalu karena orang sudah punya pertimbangan bahwa keputusan yang diambil itu baik untuk dirinya ke depan.Â