Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Problem yang Never Ending atau Challenge untuk Lebih Baik Lagi?

11 April 2021   05:54 Diperbarui: 11 April 2021   08:44 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Berani memiliki cara pandang yang beda dari yang sudah biasa-biasa 

Berani beda dari cara pandang kebanyakan orang atau yang sudah biasa-biasa mungkin juga perlu. Meskipun demikian, cara pandang baru harus betul diuji sekurang-kurangnya berdasarkan pengalaman sendiri. 

Sebenarnya sih sederhana orang butuh keberanian untuk mengubah kata saja. Jadi, orang perlu dengan berani mengubah kata problem ke challenge. Mengapa ini hal seperti ini penting?

Nah, pada tahun 2008, saya baru belajar percaya pada kekuatan kata-kata positif. Karena saya baru belajar, maka saya perlu waktu untuk eksperimen. Eksperimen pertama saya waktu itu adalah mencoba memelihara lebah madu yang sebetulnya sangat menakutkan. 

Kata orang lebah madu itu berbahaya, sengatannya ya lumayan sakit. Oleh karena saya punya keberanian untuk menguji kekuatan kata positif, maka saya memindahkan satu kotak lebah madu itu dan menaruhnya di dalam kamar tidur saya, persis di belakang pintu masuk. 

Latihan seperti itu, tentu bukan latihan yang mudah. Karena ini latihan untuk percaya pada kekuatan kata-kata. Benar gak ya? Sebelum mengangkat satu kotak lebah madu itu, saya mengatakan, "Teman-teman kita bersahabat, saya ingin memindahkan tempat kalian ke tempat yang lebih aman, lebih dekat dengan taman di mana tumbuh banyak bunga-bunga." Saya mengangkat satu kotak madu itu dan membawa masuk sampai ke dalam kamar saya.  Ketika ditempatkan di kamar, saya berkata sekali lagi: Saya memberkati kalian semua, supaya kalian semua menjadi teman dalam tugas pelayanan saya."

Kebetulan kamar saya sangat sederhana. Dinding kaca zaman dulu, kaca nako yang bisa dibuka dan ditutup dengan cara mendorong ke atas atau ke bawah. Beberapa kaca itu selalu saya biarkan terbuka. Lebah itu keluar masuk melalui kaca yang terbuka itu. Ketakutan saya mulai hilang hanya dengan kata-kata yang positif. 

Suatu pagi, saya menaruh butiran gula pada telapak tangan saya, dan ternyata, lebah-lebah itu berterbangan dan hinggap pada telapak tangan saya. Mereka menikmati gula manis lalu terbang kembali ke taman depan kamar saya dan kembali lagi ke kotak, tempat mereka mengumplkan madu. Saya pernah mengambil madu dari kotak itu 3 kali dengan jumlah kurang lebih 90 lempeng madu.

Inilah pengalaman yang membuat saya percaya bahwa masalah dan problem tidak akan terus mengejar seseorang, ketika seseorang sudah mengubah cara pandangnya, bukan problem tetapi challenge. Challenge yang punya makna untuk kematangan hidup. Mengapa harus menolak?

2. Cara pandang tentang Tuhan yang ada dalam diri manusia

Saya akhirnya ingat kata-kata seperti ini: Sesungguhnya manusia ini buatan Tuhan, diciptakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang sudah dipersiapkan jauh sebelumnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun