Tema Kritik belakangan ini ramai dibicarakan di berbagi Media, bahkan tema kritik menjadi topik yang disoroti untuk ditanggapi kompasiana. Senang sih saat mendengar kata kritik. Mengapa? Karena umumnya ada anggapan bahwa orang yang memberikan kritik adalah orang yang kritis.Â
Namun, pada kenyataannya tidak semua orang yang kritis itu bisa memberikan kritik. Bahkan juga ada orang yang memberikan kritik tapi tidak menunjukkan diri sebagai seorang yang kritis. Pertanyaannya, siapa sih yang bisa kritis dan bisa juga mengkritik?
Kalau ditanya seperti itu, umumnya orang berpikir bahwa, orang yang kritis dan bisa mengkritik itu tentu orang yang berpendidikan tinggi. Oh, tunggu dulu, bisa jadi keliru.Â
Sekurang-kurangnya saya punya pengalaman bahwa masyarakat adat bisa juga menjadi kritis dan bisa juga mengkritik pejabat publik. Ada dua hal yang perlu dijelaskan di sini, yakni etika dan masyarakat adat.
Pertama, etika. Apa sih etika itu? Kbbi.web.id menulis: etika/eti*ka/ /tika/ n ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).Â
Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral, itu tidak selamanya ilmu akademik yang diperoleh hanya melalui proses belajar formal di Sekolah dan Universitas. Mengapa? Hal ini karena 3 alasan ini:
1. Sejak dari rumah setiap orang sudah diajarkan etika oleh orang tua dan lingkungan masyarakat sekitar.
2. Bagi masyarakat yang terikat kuat dengan adat, ya, sudah jelas sejak kecil juga sudah terlibat dalam urusan adat, meskipun bukan sebagai pemeran penting dalam struktur adat, namun sekurang-kurangnya lingkungan masyarakat telah mempengaruhinya.
3. Prosesi adat yang dilakukan masyarakat adat itu memberikan dasar kepada seluruh masyarakat adat setempat bukan semata pengetahuan adat istiadat, tetapi lebih-lebih adalah hal keyakinan dan tanggung jawab pribadi yang berdampak pada kehidupan kolektif.
Kedua, masyarakat adat: Masyarakat adat yang saya maksudkan adalah masyarakat yang terikat kuat dengan keyakinan adat pada suatu tempat. Mereka berpegang teguh pada filosofi adat, mereka memiliki tutur khas adat, bahkan mereka memiliki etika adat yang santun dan kritis.Â
Cuma, sejauh pengamatan saya, warisan adat yang baik yang di dalamnya ada etika dan cara masyarakat adat menyampaikan kritik itu belum memiliki tempat yang berpengaruh sebagai instrumen kritik terhadap pejabat publik. Mengapa bisa seperti itu?