Tentu kesadaran untuk pendekatan kedua ini tumbuh dari kesadaran saya ketika menjadi penulis pemula di Kompasiana ini. Saya percaya bahwa warisan adat yang kaya nilainya untuk kehidupan kolektif masyarakat bisa dikenal saat penulis telah menuliskan itu semua.Â
Dalam hal ini saya bersyukur sekali, karena saya terpanggil untuk menuliskan warisan budaya dan adat istiadat saya yang tercecer, bahkan dilupakan berabad-abad. Tentu melalui tulisan kecil ini, tidak berlebihan hanya sebagai cara berbagi kepada pembaca untuk mengenal budaya dan adat istiadat yang tidak pernah ditulis itu.
3. Jalur penelitian kebudayaan
Jalur ini rupanya belum banyak menarik simpati orang atau tepatnya kaum akademisi. Mungkin juga ada, tetapi sekurang kurangnya di tempat saya, saya belum pernah melihat mahasiswa datang untuk penelitian yang terkait warisan adat. Karena itu, mungkin pendekatan penelitian kebudayaan ini bisa menjadi tantangan kita yang mengagumi kebhinekaan Indonesia.Â
Dari pengalaman pribadi saya pernah juga membuat penelitian kecil tentang anggapan masyarakat adat tentang hidup miskin atau cara berpikir yang miskin?" Nah, dari hasil penelitian kecil pada tahun 2010, saya akhirnya yakin bahwa penelitian kebudayaan itu sangat penting untuk menemukan akar dari persoalan-persoalan bangsa ini.Â
Sekali lagi, hal ini cuma temuan kecil, karenanya saya yakin peneliti lain mungkin jauh jauh lebih akurat mengungkapkan akar persoalan-persoalan sosial bangsa ini.
Bagaimana sih persisnya etika kritik masyarakat adat yang dianggap penting itu?
Berikut ini saya mengangkat salah satu saja dari adat Ende dan secara khusus adat Suku Paumere tentang etika kritik masyarakat adat. Pentas adat dilakukan setahun sekali, antara bulan Mei sampai Agustus.Â
Dalam hal ini, tergantung pemangku adat dalam menentukan jadwal pelaksanaannya. Acara itu, biasanya ada undangan terhormat, seperti pimpinan daerah, dan kecamatan. Ya, pejabat publik pasti akan menjadi tamu istimewa.
Moment penting dalam acara adat yang kami namakan "ka uwi, kero jawa," artinya makan umbian dan jagung itu adalah tarian Gawi. Saat puncak pada tarian itu, semua orang yang hadir termasuk para undangan, diundang juga untuk menari sebagaimana ciri khas dari warisan adat itu sendiri.
Setiap orang pasti langsung bergandeng tangan, ya, termasuk pejabat-pejabat publik yang hadir pasti bergandeng tangan dengan masyarakatnya saat menari itu. Lalu, ada seorang juru syair yang dinamakan "ata sodha", ia berdiri di tengah-tengah lingkaran penari-penari itu. Sudah pasti juru nyanyi adalah orang yang memiliki daya imajinasi tinggi, bahkan memiliki wawasan luas tentang kehidupan aktual.