Mohon tunggu...
Innnayah
Innnayah Mohon Tunggu... Insinyur - Calon Sinematografer

www.innnayah.com | www.cinematic.id | www.pekalonganku.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama FEATURED

Pantai yang Hilang dan Desa Tenggelam Akibat Banjir Rob

15 Desember 2020   04:52 Diperbarui: 25 Mei 2022   06:01 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut jurnal yang saya baca, hasil penelitian terbaru pada tahun 2020 menunjukan rata-rata penurunan muka tanah di kecamatan Pekalongan Utara, Pekalongan Barat, Pekalongan Timur, dan Pekalongan Selatan secara berurutan sebesar 24,13 cm/tahun, 22,83 cm/tahun, 21,94 cm/tahun, dan 20,40 cm/tahun.

Semakin mendekati pantai laju penurunan tanah semakin besar karena lapisan tanah di daerah pantai merupakan lapisan tanah yang terus mengalami konsolidasi/pemampatan. Laju penurunan tanah tertinggi adalah pada kelas penggunaan lahan untuk pemukiman dengan persentase 50,53%. 

Kondisi gang di Pekalongan Utara sata rob (Dokumentasi pribadi)
Kondisi gang di Pekalongan Utara sata rob (Dokumentasi pribadi)

Angka yang cukup mengerikan. Bahkan ada kalimat jokes yang menyatakan "Harga tanah di Pekalongan semakin tinggi. Sebab tanahnya makin lama makin engga ada".

Dengan permodelan, pada tahun 2020 ini sekitar 7.771 rumah terdampak banjir rob. Diperkirakan 29.808 rumah akan terdampak pada dekade mendatang.

Solusi

Saya mengamati apa yang terjadi, bagaimana di beberapa titik ada mangrove maupun pohon cemara. Orang awam mungkin mengira itu hanya buat adem-adem saja atau malahan untuk berwisata.

Perlindungan akan bahaya banjir pesisir secara alami dapat dilakukan dengan melakukan penanaman kembali vegetasi mangrove. Mangrove secara alami dapat melindungi pantai dari abrasi dan banjir pesisir.

Bagaimana dengan pembuatan tanggul yang konon menyedot dana besar? Hasil penelitian yang dilakukan para ahli menunjukan bahwa tanggul bukanlah solusi utama. Tanggul dapat mengalami penurunan muka tanah juga, sehingga air laut bisa melewati tanggul (overtopping). Selain itu, potensi tanggul bocor dan jebol bisa terjadi.

Membiarkan alam bekerja tanpa menyadari kita punya andil dalam kerusakan bukanlah keputusan yang baik, apalagi kita bersembunyi di balik kata "bencana".

Semoga tulisan ini menyadarkan saya, yang masih banyak egoisnya ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun