Mohon tunggu...
inna dalilah
inna dalilah Mohon Tunggu... Guru - Kepsek SDN 16 Singkawang

travelling, punya beberapa buku pribadi dan antalogi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ternyata Gina adalah Dia

22 Januari 2023   10:55 Diperbarui: 22 Januari 2023   11:05 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TERNYATA GINA ADALAH DIA

Oleh: Ina.Dhe

 

Kulihat akun facebook, heem.... ada yang minta pertemanan. Namanya Gina. Kubuka profilnya, seorang wanita karier, cantik, memakai kacamata seperti aku. Karena seorang wanita, permintaan pertemanannya aku terima. Setelah menikah aku tidak mau menerima pertemanan dari cowok, demi menjaga perasaan suamiku.

Seperti biasa aku senang menulis status yang lucu-lucu. Komentar teman-teman selalu menghiburku. Meski suamiku kadang suka salah tafsir dengan komen mereka, terutama teman cowok. Hingga pada suatu hari, Gina komentar tentang status yang ku buat. Besoknya dia komen lagi, dan lagi. Heem...ibu yang satu ini seperti sudah mengenalku. Terlihat dari cara dia mengomentari setiap status yang kubuat di facebook.

BUKA FB... SERASA BUKA KAMAR MAYAT... SEPIII, MENAKUTKAN... KENAPA YA???

Zahra         :  Ada apa Bunda?

Rina           :  Biasalah, sudah lama tidak buka fb, terasa asing... hehehe

Gina          :  Pasti karena ngga ada aku ya, makanya kesepian.

Rina           :  Ah, mbak Gina bisa aja.

Membaca komen Gina aku jadi bingung, kok dia bicara seperti itu ya? Apakah dia wanita...??? Ah, kutepis pemikiran yang negatif tentang dia.

Sementara aku sudah tidak pernah lagi membaca komen dari Gilang, karena sudah ku blokir. Aku tidak mau dia komen di setiap statusku ,dan berakhir dengan marahnya suamiku, karena Gilang adalah teman dekatku di Facebook. Heem... ingat Gilang, aku ingat setahun yang lalu. Aku mengenal Gilang, ketika menerima pertemanan seorang pria ganteng, dengan kacamata hitamnya. Dari percakapan di inbox, dia seorang single parent dengan anak dua yang sudah dewasa. Ranti, anaknya yang cewek kuliah di Kedokteran Jakarta, dan Kevin, anak cowoknya yang masih SMA.

Gilang adalah orang yang paling menyebalkan yang pernah aku kenal. Setiap  komennya menyakitkan. "Ini orang sinting kali ya? Mending ku blokir saja." gumamku dalam hati. Akupun membuang Gilang dari kumpulan teman-temanku di facebook.

Sebulan berlalu. rutinitasku seperti biasa.  Aku mengisi waktuku ngobrol dengan teman-teman di facebook. Tapi... mengapa terasa ada yang hilang. Tidak ada lagi komen yang menyebalkan.  Kenapa aku jadi kangen Gilang ya?

Suatu hari di status temanku Ria, tiba-tiba kulihat Gilang komen, heem.... ternyata mereka berteman. Aku coba nimbrung ah... siapa tahu Gilang ikut baca.

"Horeee...ternyata Gilang minta pertemanan lagi denganku," teriakku dalam hati.

Akhirnya aku kembali mengisi hari-hariku dengan candaan yang kadang menyenangkan, kadang menyebalkan, dengan Gilang. Dia orang memang rada aneh.

Selalu marah jika ada cowok yang komen, sementara di statusnya,yang komen semua cewek. Menyakitkan!!!.

Hingga  pada satu kesempatan aku dikirim ke Jakarta  oleh kantorku untuk mengikuti pelatihan di sana. Kesempatan aku untuk ketemuan dengan Gilang. Sampai di Jakarta langsung dia ku inbox.

"Hallo Gilang, aku sudah di Jakarta nih! Kukirim alamat tempatku menginap. Nanti kalau ada waktu, kamu datangi aku ya," inboxku pada Gilang.

5 jam berlalu, barulah ada balasan dari Gilang.

"Maaf Rin, aku lagi terbaring sakit, tidak  bisa kemana-mana." jawab Gilang.

"Ya sudah, kalau begitu kirimkan alamat rumahmu, nanti aku minta antar taxi saja."

"Jangan, aku tidak mau merepotkanmu," balas Gilang.

"Tidak apa-apa Gilang. Sebagai teman, apa salahnya aku datang menjengukmu," ujarku lagi. Tapi Gilang tetap bersekukuh tidak mau dijenguk. Akhirnya aku pulang ke kotaku tanpa hasil. Semula aku berharap bisa bersua di dunia nyata dengan Gilang.

Sejak saat itu, Gilang tidak pernah muncul lagi. Jangankan inbox, ataupun komen, like juga ngga ada. Hari-hari berlalu, aku menganggap Gilang sudah sirna. Ia sudah tidak mau lagi berteman denganku.

Akupun melanjutkan pertemanan dengan yang lain, termasuk Ardi, dengan status single parent sama seperti aku, anaknya tiga dan sudah dewasa semua. Karena letak tempat tinggal kami berdekatan, kami sering bertemu.

Aku dan Ardi satu profesi, hingga banyak hal yang dapat kami bincangkan bersama. Hingga pada suatu ketika...

"Rin, maukah kamu menjadi istriku?" tanya Ardi sambil memegang tanganku.

Aku diam tak berkutik. Kutatap wajah Ardi dalam-dalam. Dia memang pria yang baik, penuh tanggung jawab. Itu yang kurasakan selama bergaul tiga bulan dengannya. Akhirnya akupun menikah dengan Ardi. Dihari pernikahan kami tiba-tiba Gilang menelponku.

"Hai Rin, apa kabarmu? Kaget ya? Kamu pasti kangen berat dengan aku kan?" Gilang muncul dengan kekonyolannya yang kurindukan selama ini.

"Maaf Rin, aku baru pulang dari Singapura. Tiga bulan aku dirawat di sana. Aku tidak sempat memberi kabar kepadamu. Maafkan aku ya," kata Gilang lembut.

Aku tersentak seketika. Airmata merembes tak terbendung. Kututup telponnya, berhari-hari aku merenungkan peristiwa yang terjadi padaku. Gilang memang pernah cerita dia sering sakit kepala. Ternyata dia menderita kanker otak. Tapi aku harus melupakan Gilang, karena statusku sekarang adalah istri Ardi. Ku blokir nomor HP Gilang agar dia tidak bisa menelponku lagi. Begitu juga di facebook, nama Gilang ku  blokir. Aku tidak ingin membuat suamiku marah.

Hingga hadirlah seseorang yang bernama Gina, yang tutur kata dan gaya bahasanya mirip sekali dengan karakter Gilang. Setelah berkali-kali aku membaca komen mbk Gina, akhirnya ku ungkapkan rasa penasaranku.

"Mbak Gina, rasanya gaya bahasa ,tutur kata mbak Gina sudah tidak asing bagiku."

"Maksudnya?" tanya Gina.

"Rasanya aku sudah mengenal mbak. Mbak Gina mirip seseorang" kataku padanya.

"Boleh aku jujur padamu? Aku adalah Gilang. Gina...Gilang dan Rina."

Aku terhenyak seketika. Pantas saja selama ini cara Gina bicara, persis seperti Gilang. Kutatap Handphoneku nanar. Aku harus segera menghapus nama Gina dari facebook, sebelum suamiku tahu. Maafkan aku Gilang......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun